Secaraumum, ada 2 fungsi tokoh dalam sebuah cerita, antara lain: Antagonis adalah tokoh yang dianggap jahat atau justru menimbulkan konflik dalam sebuah cerita. Umumnya, tokoh antagonis ini menjadi lawan utama dari protagonis. Protagonis adalah tokoh yang dianggap baik dan memiliki sifat-sifat yang baik dalam sebuah cerita.
Apa Itu Karakter Tokoh?Jenis-Jenis Karakter Tokoh1. Protagonis 2. Antagonis3. Tritagonis4. Skeptic5. Sidekick6. Contagonist7. Guardian8. Reason9. Emotion10. Deutragonis11. Foil12. Figuran Dalam sebuah novel, cerita pendek atau cerpen, cerita bersambung atau cerbung, drama, dan karya sastra lain tentu kita mengenal karakter tokoh. Tapi kita kadang belum memahami kira-kira apa jenis-jenis karakter tokoh yang ada di dalam cerita tersebut. Oleh sebab itu, sebagai penulis tentu saja Anda harus memahami jenis-jenis karakter tokoh. Sebelum membahas mengenai jenis-jenis karakter tokoh, tentu Anda sebagai pembaca atau penulis selama ini mengetahui bahwa tokoh adalah subjek atau orang yang mengalami kejadian atau terlibat di dalam jalannya cerita. Di dalam sebuah cerita, tokoh biasanya terdiri dari dua orang atau lebih, kecuali pada monolog. Tokoh-tokoh tersebut tentu saja memiliki sifat, watak, sikap, dan karakteristik yang berbeda-beda, seperti manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, di bawah ini akan dijelaskan mengenai berbagai hal mengenai karakter tokoh, mulai dari pengertian karakter tokoh hingga berbagai jenis-jenis karakter tokoh. Mau menulis buku? Anda wajib punya panduan iniGRATIS! Ebook Panduan Menulis Buku [PREMIUM] Apa Itu Karakter Tokoh? Menurut Wikipedia, karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Sementara tokoh adalah manusia atau orang dengan sebaran populasi paling besar atau paling luas. Di dalam sebuah karya sastra, karakter tokoh ini merupakan seorang yang mengambil peran atau terlibat di dalam kejadian yang ada di dalam jalannya cerita. Karakter tokoh sering dipergunakan pada istilah untuk menyebut perwatakan atau watak, karakter atau karakteristik yang menunjukkan bagaimana dimiliki oleh tokoh di dalam cerita tersebut. Istilah tokoh dalam cerita merujuk pada orangnya atau pelaku di dalam cerita tersebut. Sehingga karakter tokoh adalah watak, karakter, atau sifat yang dimiliki oleh tokoh yang memerankan atau terlibat di dalam jalannya cerita. Dengan adanya karakter tokoh, maka jalan cerita bisa dibangun berdasarkan bagaimana watak dan sifat yang ditunjukkan oleh tokoh di dalamnya. Karakter atau sifat dari seorang tokoh juga disebut sebagai penokohan. Tujuan diciptakannya karakter atau sifat pada tokoh tersebut untuk menghidupkan jalan cerita dari tokoh atau pelaku yang terlibat di dalam jalannya sebuah cerita. Sehingga penulis naskah perlu mengembangkan atau menemukan teknik yang sesuai untuk menciptakan karakter tokoh. Oleh sebab itu, penulis atau pengarang memperlihatkan penokohan atau karakter pada tokoh dengan bagaimana penulis atau pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita, sehingga penonton atau pembaca mampu mengetahui bagaimana karakter atau sifat dari para tokoh yang ada di dalam cerita tersebut. Jenis-jenis karakter tokoh yang diciptakan di dalam sebuah cerita biasanya diciptakan oleh penulis dengan berdasarkan dari berbagai imajinasi atau pengalaman penulis itu sendiri. Jenis-jenis karakter tokoh yang diciptakan juga harus realistis sehingga dekat dengan pembaca dan tidak terkesan mengada-ada. Karakter tokoh atau penokohan ini juga termasuk ke dalam unsur intrinsik dalam suatu karya sastra. Maka, terciptanya karakter tokoh tersebut harus mampu membangkitkan alur cerita dengan baik dan juga menarik penonton atau pembaca karya sastra tersebut. Karakter tokoh atau penokohan tersebut tentu tidak hanya ada satu macam. Ada beberapa jenis-jenis karakter tokoh yang biasa digunakan penulis atau pengarang untuk menggambarkan tokoh atau pelaku yang terlibat di dalam jalannya cerita. Ada beberapa pengertian mengenai karakter tokoh menurut beberapa ahli. Menurut Kosasih 201267, pengertian karakter tokoh adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Menurut Zaidan 2004206, karakter tokoh adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Selanjutnya, Sugiarti 200794 memiliki pandangan bahwa perwatakan atau karakter tokoh adalah pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita. Selain itu, Nurgiantoro 2012165 mengungkapkan bahwa karakter tokoh adalah pelukisan atau gambar yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Minderop 20052 menggambarkan karakter tokoh adalah pelukisan watak tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi. Dan Kamus Besar Bahasa Indonesia 20141476 memaparkan pengertian karakter atau tokoh atau penokohan sebagai penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh adalah pelukisan karakter diri seorang tokoh atau pelaku di dalam jalannya cerita yang digambarkan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra. Baca Juga Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel,Cerpen,Puisi,dan Drama Pengertian Fabel,Ciri-Ciri,Unsur, dan Contoh Lengkap Pengertian Alur Cerita, Jenis-Jenis dan Contoh Lengkap 12 Tips Membuat Alur Cerita yang Menarik Jenis-Jenis Karakter Tokoh Setelah memahami apa itu karakter tokoh, kini akan dipelajari mengenai apa saja jenis-jenis karakter tokoh yang ada di dalam cerita. Untuk dapat menggambarkan sifat atau watak dari seorang tokoh di dalam cerita, pengarang atau penulis tentu menciptakan penokohan berdasarkan jenis-jenis karakter tokoh. Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis karakter tokoh mulai yang membedakan watak atau penokohan tokoh yang satu dan tokoh yang lainnya. 1. Protagonis Protagonis adalah jenis-jenis karakter tokoh yang paling disoroti di dalam jalannya atau alur cerita. Biasanya tokoh protagonis ini digambarkan memiliki watak dan sifat yang baik dan juga bersifat positif. Sehingga tokoh protagonis ini banyak disukai oleh penonton atau pembaca karya sastra. Selain itu, tokoh protagonis juga biasanya digambarkan memiliki sifat yang rendah hati, sabar, tidak sombong, jujur, setia, suka menolong, dan sifat baik lainnya. Biasanya, tokoh protagonis ini menjadi tokoh utama sehingga menjadi perhatian di dalam jalannya cerita tersebut. Tak heran jika tokoh protagonis ini berhasil menyita empati dan perhatian dari para pembaca. Hal ini karena pembaca ajakan diajak mengikuti kisah tokoh protagonis untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Masalah yang dihadapi tokoh protagonis ini bisa datang dari siapa saja, bahkan dari tokoh lain. Sehingga bisa dibilang bila tokoh protagonis ini akan menentukan bagaimana jalannya cerita dan segala keputusan yang terjadi dan menjadi penentu di dalam alur cerita yang berjalan. 2. Antagonis Selain tokoh protagonis, jenis-jenis karakter tokoh yang selanjutnya adalah karakter antagonis. Tokoh antagonis ini adalah tokoh yang kontras dengan tokoh protagonis. Di mana tokoh antagonis ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki watak atau sifat yang buruk dan biasanya menjadi musuh atau memusuhi tokoh protagonis. Tokoh antagonis juga bisa disebut sebagai tokoh yang menentang cerita karena tokoh antagonis ini sering digambarkan sebagai sosok tokoh yang memiliki sifat negatif, yaitu memiliki dendam, pembohong, jahat, sombong, penipu, kasar, tidak bersahabat, suka membuat masalah, dan berbagai sikap buruk lainnya. Tokoh antagonis ini biasanya dibenci oleh penonton atau pembaca cerita karena sifatnya yang dinilai merugikan atau menyebalkan. Meski demikian, biasanya penulis sengaja memberikan porsi yang cukup banyak bagi tokoh antagonis ini sehingga semakin membuat pembaca atau penonton jengkel tetapi tetap menyita perhatian penonton atau pembaca. Dengan adanya sifat buruk pada tokoh antagonis tersebut, masalah di dalam cerita atau konflik biasanya semakin memanas. Konflik di dalam cerita yang digambarkan di dalam alur juga biasanya muncul karena peran atau perilaku yang dilakukan tokoh antagonis. 3. Tritagonis Tokoh selanjutnya yang biasa muncul di dalam karakter tokoh atau penokohan adalah tokoh tritagonis. Tokoh tritagonis ini biasanya muncul di dalam cerita sebagai tokoh yang mampu menjadi penengah antara pertikaian atau konflik yang hadir di antara tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Karena tokoh tritagonis ini diciptakan sebagai tokoh penengah, maka watak yang dimiliki tokoh tritagonis biasanya bijak dan berwibawa. Hal ini karena tokoh tritagonis digambarkan harus mampu menjadi pendamai atau jembatan atas penyelesaian konflik yang muncul di dalam jalannya cerita. Selain menjadi penengah, tritagonis juga bisa memberikan pendapat dan memberi nasihat bagi tokoh protagonis dan tokoh antagonis yang berkonflik. Sehingga jika disimpulkan, kehadiran tokoh tritagonis di dalam cerita atau karya sastra adalah menjadi tokoh yang mencari jalan keluar terbaik dari permasalahan yang terjadi antara tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Baca Juga; Mudah, Cara Membuat Novel Kisah Sendiri yang Banyak Diminati Mengenal Bagaimana Pentingnya Novelty Dalam Tulisan Ilmiah Tips Menulis Novel yang Menarik Bagi Pembaca Cara Mengirim Naskah Novel ke Penerbit 4. Skeptic Secara umum, pembagian jenis-jenis karakter tokoh yang terkenal memang hanya ada tiga yang dijelaskan di atas yakni tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Namun ada pula jenis-jenis karakter tokoh lain yang mewarnai jalannya alur di dalam sebuah cerita. Salah satunya adalah tokoh skeptic. Tokoh skeptic ini biasa dikenal sebagai tokoh yang memusuhi karakter baik. Artinya, tokoh skeptic ini merupakan tokoh yang mendukung tokoh antagonis dalam cerita. Berbeda dengan tokoh antagonis, tokoh skeptic ini merupakan tokoh pendukung yang tidak terlalu sering muncul di dalam cerita. Meski hanya jadi tokoh pendukung, tokoh skeptic ini biasanya menjadi pelengkap munculnya konflik. Tokoh skeptic ini juga bisa berperan menghidupkan alur atau jalan cerita agar jalan cerita tidak terkesan datar dan monoton. 5. Sidekick Selain tokoh skeptic, karakter tokoh yang juga mendukung jalannya cerita selain tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis adalah tokoh sidekick. Tokoh sidekick ini biasanya tokoh yang muncul atau dimunculkan sebagai penyeimbang munculnya tokoh skeptic. Konsep tokoh sidekick yang menyeimbangkan tokoh skeptic ini hampir sama dengan peran tokoh protagonis dan tokoh antagonis, namun bedanya tokoh sidekick ini merupakan tokoh pendukung. Tokoh sidekick ini tokoh yang menjadi pendukung tokoh protagonis atau pendukung tokoh yang berperilaku baik. Hadirnya tokoh sidekick ini menjadi pendukung yang berperan menghidupkan alur cerita atau jalan cerita agar tidak monoton dan konflik yang terjadi juga semakin menarik dan berkembang. Baca Juga 9 Cara Menulis Cerpen Untuk Pemula dan Strukturnya Menulis Buku Novel Syarat Mengembangkan Penokohan Novel Sejarah Laris di Pasaran Buku Novel Terbaru Anda Pasti Laris-Begini Caranya 6. Contagonist Selanjutnya adalah tokoh contagonist. Meski tidak terlalu familiar dibandingkan tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis, tokoh contagonist ini juga berperan baik dalam mengembangkan atau mendukung jalannya cerita atau alur di dalam cerita dan mendukung para pemeran di dalamnya. Tokoh contagonist ini adalah tokoh yang mendukung atau tokoh pendukung dengan karakter yang berseberangan dengan tokoh protagonis. Biasanya, tokoh contagonist ini muncul di tengah-tengah jalannya cerita. Mengapa demikian? Penulis atau pengarang memang biasanya memunculkan tokoh contagonist di tengah cerita. Hal ini karena sifat dari tokoh contagonist ini hanya menjadi pendukung konflik yang muncul, sehingga konflik atau jalannya cerita yang terjadi atau berlangsung lebih hidup dan lebih menarik lagi. 7. Guardian Selanjutnya, muncul tokoh guardian. Sama dengan peran seperti namanya, tokoh guardian ini muncul sebagai pelindung dari peran utama. Tokoh guardian ini biasanya muncul setelah hadirnya tokoh contagonist. Tokoh guardian akan muncul sebagai penyeimbang para tokoh yang muncul sebelumnya. Karena tokoh guardian ini berperan sebagai pelindung pemeran utama, tokoh guardian ini biasanya digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki sifat yang bijak dan baik hati sehingga mampu menjadi pelindung bagi pemeran utama di dalam cerita yang berlangsung. 8. Reason Selain itu, jenis-jenis karakter tokoh yang muncul lainnya adalah tokoh reason. Tokoh reason ini juga merupakan tokoh pendukung. Yang mana meskipun tidak berperan sebagai pemeran utama, namun perannya akan menjadi penentu dan menjadi warna bagi alur cerita yang berlangsung. Tokoh reason ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki karakter yang tenang dan selalu berpikiran logis serta sabar. Oleh sebab itu, tokoh reason ini akan membantu menyelesaikan masalah dengan cara membantu tokoh utama dalam penyelesaian masalah atau konflik yang dihadapi. 9. Emotion Selanjutnya muncul juga tokoh pendukung lain yakni tokoh emotion. Meski merupakan tokoh pendukung, namun tokoh emotion ini juga memiliki peran yang cukup penting dalam jalannya sebuah alur cerita, yang mana tokoh ini akan mampu jadi tokoh yang memicu konflik di dalam sebuah cerita sehingga jalan cerita jadi semakin menarik. Tokoh emotion ini memiliki sikap atau sifat yakni tidak bisa berpikir tenang. Tokoh emotion ini digambarkan sebagai tokoh yang tidak bisa mengendalikan perasaannya dan tidak bisa berpikir tenang. Oleh sebab itu, kehadiran tokoh emotion ini menambah bumbu di dalam jalannya sebuah cerita. Tokoh emotion ini bisa muncul dan memicu adanya konflik baru atau memicu konflik besar yang akan terjadi di dalam rangkaian cerita sehingga cerita semakin panjang dan juga semakin menarik. 10. Deutragonis Selanjutnya, ada jenis-jenis karakter tokoh lain yakni tokoh deutragonis. Sama dengan tokoh sidekick, tokoh pendukung yakni tokoh deutragonis ini menjadi teman setia bagi tokoh protagonis yang akan selalu menemani dan mendukung para tokoh utama, yakni tokoh protagonis. Tokoh deutragonis ini digambarkan sebagai sosok tokoh yang menjadi teman, baik tempat curhat atau sosok yang selalu ada bagi tokoh protagonis dan membantu tokoh protagonis menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 11. Foil Selanjutnya adalah tokoh pendukung yang sama dengan tokoh pendukung skeptic. Tokoh pendukung foil yang memiliki peran sama dengan tokoh skeptic ini merupakan tokoh yang akan selalu menemani dan mendukung peran dari tokoh utama dalam hal ini adalah tokoh antagonis. Tokoh foil ini nanti akan berperan sebagai tokoh yang membantu tokoh antagonis dalam menyelesaikan masalah atau memenangkan konflik di dalam cerita atau alur cerita yang disajikan. 12. Figuran Jenis-jenis karakteristik tokoh yang selanjutnya adalah tokoh figuran. Seperti yang kita ketahui bersama, tokoh figuran yang ada di dalam jalannya cerita adalah sebagai karakter yang melengkapi jalannya sebuah cerita. Tokoh figuran di dalam cerita ini tidak terlalu sering muncul seperti pemeran utama. Namun meski demikian, peran dari tokoh figuran ini tidak kalah penting dari tokoh utama. Tokoh figuran ini bahkan biasanya menjadi pemanis dan membuat jalan cerita akan lebih menarik. Hal ini karena tokoh figuran biasanya digambarkan sebagai sosok yang memiliki sifat unik sehingga menjadi warna dalam jalannya cerita. Tokoh figuran seringkali memiliki sifat yang lucu dan menyenangkan, sehingga bisa menjadi penghibur bagi tokoh utama dan juga mampu menyeimbangkan jalannya cerita sehingga bisa diterima pembaca atau penonton dengan baik. Artikel Terkait Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel,Cerpen,Puisi,dan Drama Pengertian Fabel,Ciri-Ciri,Unsur, dan Contoh Lengkap Pengertian Alur Cerita, Jenis-Jenis dan Contoh Lengkap 12 Tips Membuat Alur Cerita yang Menarik
Padatokoh Aku penulis coba mengangkat sisi-sisi lain dari manusia. Memperbaiki niat dan memiliki rasa ikhlas yang ditunjukkan oleh tokoh Aku merupakan wujud konkret manusia memiliki nilai religius. Tokoh Aku dihadapkan pada suatu peristiwa yang membuat dirinya memiliki sifat penyerahan diri yang menyeluruh dan tergambar lewat perkataannya
Ilustrasi Kisah Abu Nawas. Foto pixabayKisah Abu Nawas yang jenaka bisa memberikan hiburan serta pelajaran bagi umat manusia. Kecerdikannya dalam menyelesaikan masalah menjadi ciri Nawas dikenal sebagai tokoh yang hidup di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid. Nama asli beliau adalah Abu Ali lahir di Kota Ahvaz, Negeri Persia pada tahun 145 H atau 747 M. Abu Nawas dikenal sebagai seorang pujangga Arab dan penyair sastra besar Arab klasik yang mudanya dipenuhi dengan kisah menarik yang membuatnya dikenang dalam khazanah sastra Arab Islam. Banyak kisah jenaka Abu Nawas yang bisa dijadikan pelajaran bagi manusia. Salah satunya adalah kisah beliau yang berjudul “Menangkap Angin”.Bagaimana kisahnya? Simak penjelasan Kisah Abu Nawas. Foto pixabayKisah Abu Nawas “Menangkap Angin”Mengutip dari buku Kisah Abu Nawas karya Aryanto, ada kisah jenaka Abu Nawas yang menarik dan bisa dijadikan sebagai pelajaran. Kisah ini berjudul “Menangkap Angin”.Kecerdikan Abu Nawas yang terkenal diceritakan dalam kisah ini. Dikisahkan suatu hari Abu Nawas didatangi oleh utusan kerajaan. Betapa terkejutnya bahwa dirinya diperintahkan untuk menemui baginda Nawas pun memenuhi perintah tersebut. Sepanjang perjalanan, ia memikirkan teka-teki apalagi yang akan diberikan baginda raja di kerajaan, Abu Nawas disambut hangat dengan senyuman baginda raja. Kemudian ia pun bertanya, “Ada apa gerangan wahai baginda raja memanggil saya ke istana?."Kemudian raja pun menjawab, “Akhir-akhir ini aku mengalami gangguan perut. Tabib kerajaanku mengatakan bahwa aku terkena serangan angin."“Lalu apa yang bisa saya bantu wahai baginda raja?” tanya Abu Nawas“Tangkaplah angin itu dan penjarakan dia. Buktikan bahwa kamu memang cerdik.”Abu Nawas terdiam, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia pun pergi seraya memikirkan bagaimana cara menangkap angin yang wujudnya pun tak terlihat. Abu Nawas hanya diberikan waktu tiga hari untuk menyelesaikan perintah tersebut. Singkat cerita, sudah berlalu dua hari sejak perintah itu diberikan. Abu Nawas belum menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan perintah ia mampu menyelesaikan perintah raja, ia bisa mendapatkan imbalan atau hadiah. Dan hadiah itu bisa digunakannya untuk beramal dan membantu orang akhirnya tiba di hari terakhir, tapi Abu Nawas masih belum menemukan cara yang tepat untuk menangkap angin. Di tengah perjalanan, ia teringat akan Aladin dan lampu halnya dengan angin, jin pun tidak terlihat. Ia pun memiliki id, kemudian kembali ke rumah dan menyiapkan segala sesuatu untuk menuju di istana, ia dipersilakan masuk oleh prajurit kerajaan. Raja yang sudah menunggu kedatangan Abu Nawas pun menanyakannya.“Berhasilkah kau memenjarakan angin, wahai Abu Nawas?”“Sudah baginda raja” jawab Abu Nawas seraya menyerahkan botol yang sudah disumbat olehnya kepada raja. Raja pun melihat botol itu dengan heran.“Mana angin tersebut hai Abu Nawas?”“Di dalam botol tersebut baginda. Engkau tidak bisa melihatnya, namun kau dapat merasakannya. Bukalah sumbatan botol tersebut untuk merasakan anginnya,” kata Abu Nawas raja pun membuka sumbatan botolnya dan ia mencium aroma busuk dari botol tersebut.“Bau apa ini?” tanya baginda raja.“Ampun tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan memasukannya ke dalam botol. Hamba khawatir angin tersebut akan keluar, sehingga hamba memenjarakannya di dalam botol,” jawab Abu Nawas Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal."Heheheheh kau memang pintar Abu Nawas.""Tapi Baginda,” sela Abu Nawas"Hamba sebenarnya cukup pusing memikirkan bagaimana melaksanakan tugas memenjarakan angin ini." "Lalu apa maksudmu Abu Nawas?""Hamba minta ganti rugi.""Kau hendak memeras seorang raja?""Oh, bukan begitu baginda.""Baginda harus memberi saya hadiah berupa uang untuk belanja dalam satu bulan.""Kalau tidak?" tantang baginda."Kalau tidak, hamba akan menceritakan kepada khalayak bahwa baginda telah sengaja mencium kentut hamba!""Hah?" baginda kaget dan jengkel tapi kemudian tertawa terbahak-bahak."Baik permintaanmu kukabulkan!"
Adaprotagonis hingga tritagonis. Tokoh adalah orang yang berperan yang menjadi pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh cerita yang dalam suatu karya yang dimaksud dapat ditampilkan dalam bentuk drama/teater, cerpen, maupun novel. Karakter atau sifat dari seorang tokoh disebut penokohan. Tujuan diciptakannya suatu penokohan adalah untuk menghidupkan
Pengenalan Abu Nawas Abu Nawas adalah tokoh legendaris dalam cerita rakyat Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdik, kocak, dan pandai merayu. Meskipun tokoh ini hanya fiktif, namun cerita-ceritanya memiliki pesan moral yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dalam cerita Abu Nawas, tokoh utama memiliki sifat-sifat yang cukup unik dan menarik untuk dibahas. Berikut ini adalah beberapa sifat tokoh utama dalam cerita Abu Nawas. Cerdik Salah satu sifat utama Abu Nawas adalah kecerdikan. Ia selalu berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dengan akal dan kecerdasannya yang luar biasa. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas berhasil memenangkan taruhan dengan menipu orang kaya yang sombong. Dengan kecerdikannya, Abu Nawas berhasil membuat orang kaya tersebut kalah dalam taruhan dan mengakui kekalahan dengan malu-malu. Kocak Abu Nawas juga dikenal dengan sifat kocaknya yang membuat orang tertawa. Ia selalu bisa membuat orang lain senang dan tersenyum dengan tingkah lakunya yang lucu. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas berhasil membuat raja tertawa dengan mengenakan pakaian yang lucu dan menjalankan sketsa yang konyol. Pandai Merayu Selain kecerdikan dan kekocakan, Abu Nawas juga dikenal dengan kemampuannya dalam merayu. Ia selalu berhasil membuat wanita jatuh hati padanya dengan kata-kata manis dan rayuan yang lembut. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas berhasil merayu seorang putri yang sangat cantik dan membuatnya jatuh cinta. Bijaksana Walaupun terkenal dengan sifat kocak dan cerdiknya, Abu Nawas juga memiliki sifat yang bijaksana. Ia selalu memberikan nasihat dan petuah kepada orang lain yang berguna bagi kehidupan mereka. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas memberikan nasihat kepada seorang raja yang sombong untuk tidak meremehkan rakyatnya dan menghargai mereka sebagai manusia yang sama seperti dirinya. Penutup Demikianlah beberapa sifat tokoh utama dalam cerita Abu Nawas. Meskipun tokoh ini hanya fiktif, namun cerita-ceritanya memiliki pesan moral yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Keberadaan Abu Nawas dalam cerita rakyat Indonesia menjadi bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat memberikan inspirasi bagi pembaca. Lifestyle
Kehidupanawal. Abu Nawas lahir dengan nama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami di Kota Ahvaz, Iran, pada pertengahan abad ke-8. Ia adalah anak yatim, yang sejak kecil dibawa ibunya pindah ke Kota Basra di Irak. Di Basra, Abu Nawas belajar beberapa ilmu agama, seperti hadis, sastra, dan ilmu Al Quran. Abu Nawas belajar ilmu agama hingga dewasa
Siapa yang suka membaca dongeng 1001 Malam? Sudah pernah membaca kisah Abu Nawas yang Doa Merayu Tuhan? Kalau belum, tak perlu ke mana-mana lagi, ya! Karena sekarang kamu sudah berada di tempat yang tepat. Yuk, simak langsung saja kisah Abu Nawas adalah salah satu bagian dari dongeng 1001 Malam. Biasanya, kisahnya mengandung pesan moral. Ada banyak kisah Abu Nawas, salah satunya adalah Doa Merayu Tuhan. Kamu sudah pernah membaca atau mendengar kisahnya?Berbeda dengan kisah lainnya, di dongeng ini Abu Nawas tak bersikap konyol. Secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang tiga orang murid yang bertanya pada gurunya, Abu Nawas. Pertanyaan mereka sebenarnya sama, tapi sang guru menjawab dengan tiga jawaban berbeda. Bagaimana bisa?Daripada penasaran, kamu mending langsung simak cerita lengkap Doa Abu Nawas Merayu Tuhan yang ada di artikel ini. Tak hanya kisahnya saja, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya pun telah kami paparkan. Selamat membaca! Alkisah, di Timur Tengah, hiduplah seorang sufi bernama Abu Nawas. Karena kecerdasannya, ia memiiliki banyak murid. Ketika mengajar, ia dapat mengajar materi yang berbobot dengan penyampaian yang mudah dimengerti. Tak heran bila para murid sangat menyukainya. Pada suatu hari, ketika mengajar, ada tiga orang tamu yang mengunjunginya untuk mengajukan pertanyaan. Orang pertama bertanya, “Abu, manakah yang lebih utama, orang yang melakukan dosa-dosa besar atau orang yang melakukan dosa kecil” Abu Nawas pun menjawab, “Orang yang mengerjakan dosa kecil.” “Kenapa begitu?” tanya orang pertama itu. “Sebab, Allah lebih mudah mengampuni dosa kecil ketimbang dosa besar,” jawab seorang sufi cerdas itu. Orang pertama itu pun menganggukkan kepala dan sangat puas dengan jawaban tersebut. Tak lama kemudian, bertanyalah orang kedua dengan pertanyaan yang sama, “Abu, menurut engkau, manakah yang lebih utama, mengerjakan dosa-dosa besar atau mengerjakan dosa-dosa kecil?” Dengan jawaban berbeda, sufi itu menjawab, “Orang yang tidak mengerjakan kedua dosa itu adalah yang utama.” “Mengapa demikian?” tanya orang kedua. “Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu saja Allah tidak perlu memberikan pengampunan,” ujarnya santai. Orang kedua pun menganggukan kepala dan puas dengan jawaban gurunya. Lalu, orang ketiga juga memberi pertanyaan yang sama, “Abu, mana yang lebih utama? Orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil?” Ia dengan kalem menjawab, “Dosa yang besar lebih utama.” “Kenapa bisa begitu?” tanya orang ketiga. “Pasalnya, pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besar dosa hamba-Nya,” jawabnya kalem. Dan lagi, murid ketiga juga merasa puas dengan jawaban tersebut. Ketiga orang itu lalu pergi dengan hati yang puas. Seorang Murid yang Bertanya Murid yang sedari tadi mendengar Abu Nawas menjawab pertanyaan ketiga orang itu pun bertanya-tanya. “Abu, mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda,” ujarnya tak paham. Abu Nawas tersenyum lalu menjawab, “Muridku, manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, otak, dan hati.” “Maksudnya bagaimana Abu? Apa itu tingkatan mata?” tanya muridnya masih tak paham. Lalu, Abu Nawas menjelaskan dengan bahasa yang ringan, “Begini, seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang nampak di matanya.” “Emm, lantas apa itu tingkatan otak?” tanya sang murid itu mencoba perlahan-lahan memahami jawaban gurunya. “Berbeda dengan anak kecil, orang pandai akan berkata bahwa bintang itu besar karena ia punya banyak pengetahuan,” jawabnya. “Dan, apa itu tingkatan hati?” tanyanya mulai paham. “Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit akan tetap mengatakan bintang itu kecil, meski sebenarnya ia tahu bawah ukurannya begitu besar. Sebab, baginya, tak ada satu pun di dunia ini yang lebih besar dari Allah,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum. Mendengar jawaban terakhir, murid itu pun menganggukkan kepalanya. Kini, ia paham kenapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Doa Abu Nawas Merayu Tuhan Setelah puas dengan pertanyaan sebelumnya, si murid pun bertanya lagi, “Wahai guruku, bolehkah aku bertanya lagi?” “Tentu saja boleh, muridku. Apa yang ingin kau tanyakan?” jawab sang guru. “Mungkinkah manusia merayu Tuhan?” tanyanya. “Mungkin saja,” jawabnya santai menerima pertanyaan aneh itu. “Bagaimana caranya?” tanya murid itu penasaran. “Manusia bisa merayu Tuhan dengan kata-kata pujian dan doa-doa,” ujar Abu Nawas. “Kalau begitu, Guru, bolehkah aku tahu doa itu?” ujar si murid antusias. Lalu, Abu Nawas membacakan doanya, “Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi. Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali, “ Ia juga menyebutkan arti dari doa itu, “Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.” Baca juga Asal Mula Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara & Ulasan Menariknya, Tempat Terbunuhnya Burung Garuda Raksasa Unsur Intrinsik Usai membaca kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, berikut adalah ulasan singkat unsur-unsurnya, mulai dari tema hingga pesan moral; 1. Tema Inti cerita atau tema dari dongeng 1001 Malam ini adalah tentang kesabaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah. Seperti Abu Nawas yang sabar dan bijak menjawab setiap pertanyaaan dari ketiga orang dan muridnya. Selain itu, dongeng ini juga menceritakan doa atau syair puji-pujian untuk memohon ampun pada Allah Swt.. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada dua tokoh utama dalam cerita ini, siapa lagi kalau bukan Abu Nawas dan muridnya. Seorang sufi ini digambarkan sebagai sosok yang penyabar, bijak, dan pandai. Ia bisa menjawab pertanyaan dengan mudah dan santai. Kesabarannya terlihat dari ketulusannya menjawab pertanyaan-pertanyaan tak lazim dari orang-orang. Sementara sang murid digambarkan sebagai seorang anak yang mudah penasaran. Ia ingin tahu apa saja yang dilihat dan didengarnya. Beruntung, Abu Nawas dengan sabar menjawab segala pertanyaan dari muridnya itu. Tokoh pendukung dalam kisah ini adalah tiga orang tamu. Mereka muncul dalam awal cerita untuk menanyakan tiga pertanyaan yang sama pada Abu Nawas. Meski pertanyaannya sama, sufi nan cerdas itu bisa menjawab dengan tiga jawaban berbeda. 3. Latar Latar tempat dan setting waktu dalam cerita ini tak disebutkan secara spesifik. Hanya saja, diperkirakan cerita ini menggunakan latar tempat di sebuah ruangan kelas atau mungkin di rumah Abu Nawas. 4. Alur Alur cerita dongeng 1001 Malam ini adalah maju. Cerita berawal dari kedatangan tiga orang tamu yang bertanya pada Abu Nawas. Mereka bertanya tiga hal yang sama pada sufi cerdas itu. Meski pertanyaannya sama, Abu Nawas dapat menjawab dengan tiga jawaban yang berbeda. Ketiga orang tamu itu puas dengan jawaban masing-masing dan kemudian pergi dari tempat Abu Nawas mengajar. Sontak, kejadian itu, membuat salah satu murid sufi tersebut penasaran. Lalu, dengan rasa penasaran, murid itu bertanya pada gurunya bagaimana bisa satu pertanyaan memiliki tiga jawaban yang berbeda. Ia lalu menjawab bahwa manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, otak, dan hati. Untuk mempermudah si murid memahami maksudnya, ia memberikan penjelasan lewat perumpamaan bintang di langit. Setelah itu, sang murid pun memahami maksud dari gurunya. Namun, ia masih memiliki pertanyaan lain. Murid itu penasaran, apakah Tuhan bisa dirayu oleh manusia? Dan jawaban Abu Nawas adalah mungkin saja bisa. Manusia mungkin bisa merayu Tuhan lewat pujian dan doa-doa. Setelah itu, Abu Nawas mengucapkan doa yang artinya adalah tentang pengakuan dan permintaan tobat seorang umat kepada Allah Swt.. 5. Pesan Moral Apakah pesan moral yang bisa kamu petik dari kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini? Salah satu pesan yang terkandung adalah berusahalah untuk bersabar menghadapi setiap masalah. Abu Nawas bisa saja marah kepada ketiga orang tamu yang memberinya pertanyaan sama. Namun, dengan cerdas ia malah memberikan tiga jawaban yang berbeda kepada setiap tamunya. Lalu, ia juga bisa saja memarahi muridnya yang memberikan pertanyaan tak lazim, yakni bisakah manusia merayu Tuhan. Hanya saja, ia memilih tuk memberikan pengertian bahwa merayu Tuhan bisa dengan cara berdoa dan memberikan pujian kepadanya. Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa kamu simpulkan dari kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekitar pada saat itu, termasuk nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Cerita Rakyat Putri Satarina dan Tujuh Bidadari dari Sulawesi Tenggara & Ulasannya, Kisah Kebaikan Hati Seorang Gadis Fakta Menarik Sebelum mengakhiri artikel ini, kurang lengkap rasanya bila kamu belum membaca fakta menariknya. Karena ceritanya singkat, tak banyak fakta menarik yang bisa kami jabarkan. Namun, ada satu fakta yang sayang bila kamu lewatkan. Berikut ulasan singkatnya; 1. Kepopuleran Syair Abu Nawas Saat kamu membaca Doa Abu Nawas Merayu Tuhan di atas, apakah kamu merasa familier atau mungkin sudah mengetahuinya? Jadi, doa yang merupakan syair Abu Nawas yang populer dengan judul Syair Al-I’tiraf. Al I’tiraf sendiri artinya adalah pengakuan. Biasanya, pujian atau syair ini dikumandangkan sebelum adzan. Tak hanya itu, ada beberapa penyanyi religi yang cukup populer di Indonesia yang menyanyikan syair ini, seperti Ustaz Jefri Al Buchori, Nissa Sabyan, Fathur, dan Alfina Nindiyani. Kamu bisa mendengarkannya di Youtube. Baca juga Dongeng tentang Persahabatan Buaya dan Burung Penyanyi dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pelajaran untuk Tidak Berkata Sembarangan Belajar Bersabar dan Bijak dari Kisah Ini Demikianlah artikel yang membahas kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini. Kamu suka dengan kisahnya? Semoga, dari kisah ini kamu bisa belajar kesabaran dan kebijaksanaan, ya. Selain itu, semoga saja kamu makin memahami Syair Al I’tiraf. Apabila tertarik untuk membaca kisah lainnya, langsung saja kepoin situs ini. Ada Doa Abu Nawas Minta Jodoh, Abu Nawas dan Keledai, kisah Abu Nawas Mencari Cincin, dan masih banyak lagi. Selain itu, ada pula cerita rakyat atau legenda Nusantara, seperti Tangkuban Perahu, asal usul Gunung Mekongga, dan kisah terbentuknya Pulau Nusa. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri..