TokohAbu Nawas di Indonesia sering kali disalahpahami dengan tokoh sufi satirikal yang bernama Nasruddin.Kedua tokoh tersebut nyatanya adalah orang yang berbeda dan hidup di masa yang berbeda. Abu Nawas hidup di kota Bagdad pada abad ke-8 Masehi di masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Amin. Pada masanya, Abu Nawas lebih terkenal

Sumber Twitter - kamikamustudioDongeng 1001 malam memiliki beberapa kisah yang menarik disimak, salah satunya adalah cerita lucu Abu Nawas yang menipu malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur. Kalau penasaran, langsung saja simak ulasannya di Nawas merupakan seorang pujangga dari Arab yang dikenal jenaka dan sering disebutkan dalam Dongeng 1001 Malam. Salah satu kisah tentang Abu Nawas yang terkenal adalah saat ia menipu malaikat di alam kubur. Cerita ini menunjukkan bahwa sang penyair tersebut tak hanya kocak semasa hidupnya saja. Bahkan setelah ia meninggal dunia dan bertemu dengan malaikat Munkar dan Nakir pun ia tetap jenaka. Kira-kira seperti apa ya kisahnya? Kalau penasaran, langsung saja simak kisah Abu Nawas menipu malaikat di alam kubur berikut. Setelah itu, jangan lupa simak juga ulasan seputar unsur intrinsik dan fakta menariknya, ya! Alkisah, Abu Nawas yang telah beranjak tua tengah mempersiapkan diri jika sewaktu-waktu nyawanya diambil. Salah satu persiapan yang ia lakukan adalah dengan berpesan kepada keluarganya untuk membelikan kain kafan usang untuk membungkus tubuhnya. Tak berapa lama waktu berselang, sang pujangga meninggal dunia. Sesuai dengan pesan yang pernah diucapkan, sang istri mencarikan kain kafan lusuh yang warnanya sampai kecokelatan saking usangnya. Ia pun kemudian dimakamkan dengan selayaknya. Setelah itu, ketika ruhnya masih berada di alam kubur, datanglah malaikat Munkar dan Nakir. Mereka memiliki tugas untuk bertanya di alam kubur dan memberikan siksa kubur. Ketika melihat kafan Abu Nawas, kedua malaikat itu jadi bingung dan saling memandang satu sama lain. Karena seharusnya makam yang mereka datangi itu berisi dengan jenazah baru. Namun, kenapa kain kafannya sudah tidak bagus lagi. Setelah adu pendapat, mereka meyakini kalau jenazah tersebut adalah mayat baru meskipun kafannya sudah usang. Mereka akhirnya memutuskan untuk tetap bertanya pada ruh Abu Nawas. “Siapa Tuhanmu?” tanya Munkar. Sang pujangga sengaja tak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia membiarkan suasana menjadi hening selama beberapa saat, baru kemudian berucap, “Apa kalian tidak salah makam? Coba lihat ini kafanku yang usang! Terlihat jelas kalau aku ini penghuni lama, kan?” Mendengar ucapannya, kedua malaikat kembali terdiam kebingungan. Jika melihat dari kain kafannya, tampilannya memang usang. Namun, bagaimanapun juga, tanah makamnya terlihat baru. Setelah kebingungan, pada akhirnya kedua malaikat itu memutuskan kalau jenazah Abu Nawas memang sudah lama. Dan akhirnya ia berhasil lolos dari pertanyaan dan siksa kubur dari malaikat. Baca juga Legenda Putri Pukes dan Ulasan Menariknya, Kisah Pengantin yang Berubah Jadi Batu Unsur Intrinsik Cerita Lucu Abu Nawas Menipu Malaikat di Alam Kubur Sumber Wikimedia Commons Setelah membaca cerita singkat Abu Nawas yang menipu malaikat dengan kain kafan lusuh, kini kamu bisa mengetahui sedikit unsur intrinsik yang ada di dalam ceritanya. Di antaranya adalah 1. Tema Inti cerita atau tema dari kisah lucu Abu Nawas yang menipu malaikat di alam kubur ini adalah kecerdikan. Demi bisa menghindari siksa kubur, pria yang cerdik ini sampai mengakali dengan menggunakan kain kafan yang sudah usang. Tujuannya agar ia dikenali sebagai jenazah yang sudah lama dan sudah pernah disiksa. Rupanya, siasatnya itu berhasil. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada satu tokoh utama yang disebutkan dalam kisah ini, yakni Abu Nawas. Ia memiliki sifat cerdik dan jenaka. Ia memberikan ide kepada anak dan istrinya agar membungkusnya dengan kain kafan usang ketika ia meninggal. Hal itu dilakukan agar ia bisa menghindari siksaan kubur dari malaikat. Selain itu, ada beberapa tokoh pembantu lain yang melengkapi kisah ini, yakni malaikat Munkar dan Nakir yang menemui Abu Nawas di alam kubur, juga sang istri dan anak yang membantu menyiapkan kain kafan usang. 3. Latar Latar tempat yang disebutkan dalam kisah ini adalah di rumah tempat sang pujangga merencanakan siasatnya, dan dalam makam tempatnya menipu malaikat Munkar juga Nakir. 4. Alur Alur yang digunakan dalam cerita dongeng Abu Nawas menipu malaikat di atas adalah maju atau progresif. Kisahnya dimulai dengan persiapan sang tokoh utama untuk menghadapi kematian yang bisa datang kapan saja. Ia berpesan pada istri dan anaknya untuk memakamkannya dengan kain kafan usang. Konflik terjadi ketika malaikat Munkar dan Nakir datang untuk memberikan pertanyaan dan siksa kubur. Namun, rupanya akal Abu Nawas dengan mengenakan kain kafan usang itu bisa membuatnya terhindar dari siksa kubur. 5. Pesan Moral Kamu mungkin sempat mengira kalau cerita lucu Abu Nawas menipu malaikat dengan kain kafan lusuh ini tak akan bisa memberikan amanat atau pesan moral. Padahal kamu tetap bisa mendapatkannya. Yaitu, jadilah seseorang yang selalu cerdik dalam menghadapi berbagai macam masalah di hidupmu. Tak peduli seberapa besar masalahmu, yakinlah bahwa pasti ada jalan keluarnya. Kisah ini juga mengandung unsur ekstrinsik, lho. Di antaranya berupa nilai-nilai sosial, moral, dan agama yang berkaitan dengan masyarakat sekitar. Baca juga Cerita Singkat Nabi Nuh As dan Mukjizatnya yang Akan Membuatmu Kagum Fakta Menarik tentang Kisah Abu Nawas Menipu Malaikat Sumber Wikimedia Commons Setelah membaca salah satu cerita Abu Nawas terbaik di artikel ini, jangan lupa ketahui juga fakta menarik seputar kisahnya. Berikut ini ulasannya 1. Dikaitkan dengan Wafatnya Gus Dur Cerita dongeng ini mungkin bisa dibilang menjadi semakin terkenal setelah Ketua Umum Pengurus besar Nahdlatul Ulama PBNU yang bernama KH Said Aqil Siroj menceritakannya dalam acara Silaturahim Alumni Madrasah Kader Nahdlatul Ulama MKNU di tahun 2019. Tak hanya menceritakannya, ia juga menghubungkannya dengan wafatnya Gus Dur pada tahun 2009. Dengan berkelakar, ia menyebutkan kalau malaikat Munkar dan Nakir mungkin tak pernah memiliki kesempatan bertanya kepada Gus Dus di alam kubur. Karena kedua malaikat tersebut baru akan datang ketika pengantar jenazah paling terakhir sudah melangkahkan kakinya menjauh sebanyak tujuh langkah. Nyatanya, makam Gus Dur tak pernah sepi dari peziarah. “Waktu malaikat akan bertanya, eh ternyata masih ada orang. Nggak jadi, deh. Begitu terus sampai sekarang,” ucapnya saat itu yang disambut dengan tawa ribuan Alumni MKNU. Apakah kamu setuju? Baca juga Legenda Asal Mula Bukit Kelam dan Ulasannya, Akibat Iri dan Dengki Hati Manusia Kisah Abu Nawas yang Jenaka saat Menipu Malaikat dengan Kecerdikannya Itulah tadi cerita lucu tentang Abu Nawas yang menipu malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur. Sangat menggelikan dan bisa menghiburmu, bukan? Kalau masih ingin mencari cerita lucu Abu Nawas lainnya, cek saja artikel kisah dongeng lain di PosKata. Di sini kamu bisa mendapatkan kisahnya ketika menipu raja, mencari kemudian menipu Tuhan, mencari jodoh, hingga menangkap angin dengan botol ajaib. Simak langsung, yuk! PenulisRizki AdindaRizki Adinda, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang. EditorNurul ApriliantiMeski memiliki latar belakang pendidikan Sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor, wanita ini tak ragu "nyemplung" di dunia tulis-menulis. Sebelum berkarier sebagai Editor dan Content Writer di Praktis Media, ia pun pernah mengenyam pengalaman di berbagai penjuru dunia maya.
TokohAbu Nawas di Indonesia sering kali disalahpahami dengan tokoh sufi satirikal yang bernama Nasruddin.Kedua tokoh tersebut nyatanya adalah orang yang berbeda dan hidup di masa yang berbeda. Abu Nawas hidup di kota Bagdad pada abad ke-8 Masehi di masa Khalifah Harun Ar-Rasyid dan Khalifah Al-Amin. Pada masanya, Abu Nawas lebih terkenal dengan karya sastra puisinya daripada kehidupan sufi Buat yang sering membaca dongeng 1001 Malam, mungkin kamu sudah tak asing dengan karakter Abu Nawas. Dalam, kisah Abu Nawas dan Telur Unta yang ada di artikel ini, yuk simak betapa cerdik dan konyol dirinya! Abu Nawas adalah salah satu tokoh dalam dongeng 1001 Malam. Ia kerap digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan konyol. Salah satu kisah terbaik yang menceritakan kekonyolannya adalah dongeng Abu Nawas dan Telur kamu penyuka dongeng 1001 Malam, kisah tersebut mungkin sudah tak asing lagi bagimu. Buat yang belum baca, secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang seorang raja yang menderita suatu penyakit. Karena tak kunjung sembuh, Abu Nawas pun memberinya saran tuk memakan telur hal apa yang akan dilakukan raja? Akankah ia percaya bahwa unta itu menghasilkan telur? Kalau penasaran dengan kisah selanjutnya, tak perlu berlama-lama lagi. Mending langsung saja simak cerita, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menarik Abu Nawas dan Telur untuk di bawah ini!Cerita Dongeng Abu Nawas dan Telur Unta Alkisah, pada suatu hari, hiduplah seroang raja bernama Harun Al Rasyid. Ia merasakan sakit di sekujur tubuunya. Bahkan, untuk berjalan saja ia tak kuat. Badannya pegal-pegal dan terasa sangat lemas. Ia lalu memanggil tabib istana tuk mengobatinya. Namun, tabib itu tak berhasil. Baginda Raja tetap saja tubuhnya terasa sakit dan pegal-pegal. Ia lalu memanggil satu persatu tabib di Kota Bagdad. Sayangnya, penyakitnya tak jua dapat disembuhkan. Atas saran dari pengawal istana, Baginda Raja akhirnya membuat sayembara. “Barang siapa bisa menyembuhkan dan menghilangkan penyakit Baginda Harun Al Rasyid akan mendapatkan hadiah berupa uang dan emas yang banyak,” ucap pengawal pada rakyat di Kota Bagdad. Sayembara itu pun langsung tersebar luas. Banyak sekali orang dan tabib yang mencoba mengobati Baginda Raja. Sayang sekali, tak ada satu orang pun berhasil menyembuhkan sang Raja. Hingga suatu hari, Abu Nawas mendengar sayembara itu. Ia tertarik untuk mengikuti sayembara tersebut. Padahal, sebenarnya ia tak punya kemampuan dalam mengobati. Keesokan harinya, Abu Nawas menghadap Harun Al Rasyid. Betapa terkejutnya Raja melihatnya, “Hmm, rupanya kau ikut pula dalam sayembara ini.” “Tentu saja, Baginda. Hamba ingin Baginda sehat kembali,” ucap Abu Nawas. “Lantas, apa yang bisa kau lakukan untuk mengobati penyakitku ini? Kulihat kau tak membawa obat-obatan atau peralatan untuk menyembuhkanku,” tanya Harun Al Rasyid. “Hamba akan mencobanya dengan cara yang berbeda dari para tabib lainnya, Baginda. Karena, tampaknya pengobatan biasa tak bisa menyembuhkan Baginda. Benar begitu, bukan?” ujarnya meyakinkan Raja. “Baiklah, cara apa yang kau tawarkan?” tanya Raja. “Sebelum memberikan obat, bisakah Baginda menceritakan apa yang dirasakan?” tanyanya, “Badanku terasa pegal dan lemas. Tangan dan kakiku nyeri dan pegal-pegal. Untuk berjalan pun terasa susah. Padahal, selama ini aku tak banyak bergerak,” ujar Baginda Raja. Baca juga Kisah Terbentuknya Pulau Nusa dari Kalimantan Tengah dan Ulasannya, Kecerobohan Manusia yang Berakhir Tragis Abu Nawas Mencari Cara Tuk Mengobati Baginda Setelah melakukan pemeriksaan pada tubuh Baginda, Abu Nawas tak langsung memberikan obat. Ia meminta waktu selama 2 hari untuk meramu obat terbaik. Sebenarnya, ia belum tahu rencana selanjutnya. Raja pun setuju tuk memberinya waktu dua hari. Sepulangnya dari istana, Abu Nawas duduk di bawah pohon yang rindang. Ia memikirkan cara untuk mengobati sang Raja. Wajar saja bingung, ia bukanlah seorang tabib. Di tengah pikirannya yang sedang kalut, ia melihat dari kejauhan seorang kakek tua yang sedang memetik buah kurma di kebun. Abu Nawas yang heran pun mendekati kakek itu. “Kek, kau sudah tua. Kenapa malah memetik buah. Di mana anak dan cucumu?” ujarnya sambil membantu sang kakek mengambil buah-buahan. “Bukan tanpa alasan, Nak. Kakek justru senang melakukannya. Kalau diam diri di rumah, tubuhku akan terasa pegal-pegal. Jadi, aku harus terus bergerak agar ototku tak kaku,” jawab kakek itu. “Oh, jadi begitu rupanya,” jawabnya. Jawaban dari sang kakek membuat Abu Nawas mengetahui penyebab dari penyakit sang Raja. Ia lalu mendapatkan ide untuk mengobati sang Raja. Keesokan harinya, Abu Nawas kembali menemui Baginda Raja. “Hai, belum dua hari kenapa kau sudah menghadapku. Apakah kau sudah menyiapkan obat untukku?” tanya Raja. “Maafkan hamba, Baginda. Kali ini hamba tak dapat membawa obat yang dapat baginda minum. Obat yang bisa menyembuhkan Baginda adalah telur unta. Baginda harus mencarinya sendiri. Jika tidak, khasiatnya akan menghilang,” terang Abu Nawas. “Kalau itu saranmu, baiklah. Aku akan mencarinya sendiri. Tapi, jika aku tak berhasil sembuh, kau akan aku hukum,” ujar Raja. Saat pagi tiba, Harun Al Rasyid dengan sekuat tenaga bangun dari tempat tidurnya untuk mencari telur unta di pasar. Ia bertanya dari satu penjual ke penjual lain, namun tak ada satu pun yang menjualnya. Sebenarnya, para pedagang merasa heran, dalam hati mereka bertanya, “Bukankah unta itu beranak bukan bertelur?”. Namun, mereka tak berani mengatakan hal tersebut pada baginda Raja. Baginda Mencari Telur Unta Setelah berkeliling kota, Raja tak menemukan satu pun penjual telur unta. Setelah itu, ia bertemu dengan seorang nenek. “Nek, tahukah kau di mana pedagang yang menjual telur unta?” ujarnya. Nenek itu pun terkejut. Ia lalu menjawabnya dengan jujur, “Kalau pun kau mencarinya hingga ujung dunia, kau tak akan bisa menemukannya.” Sambil tertawa kecil, ia berkat, “Unta itu tidak bertelur. Ia beranak.” Setelah mendengar jawaban tersebut, Harun Al Rasyid pun merasa dibodohi oleh Abu Nawas. Ia merasa geram dan marah. Tak sabar rasanya ingin menghukum pria itu. Namun, ia terlalu lelah. Sesampainya di istana, ia langsung tertidur pulas. Keeseokan harinya, bagindar Raja merasa segar bugar. Penyakit yang ia derita hilang begitu saja. Meski begitu, ia tetap ingin menghukum Abu Nawas. Ia tak terima pria itu telah membohonginya. Ia lalu memerintahkan pengawalnya untuk memanggil Abu Nawas ke istana. Tak lama kemudian, pria itu menghadap sang Raja. “Bagaimana, Tuanku? Apakah engkau telah menemukan telur unta sesuai yang telah hamba ajarkan?” “Berani-beraninya kau telah mempermainkanku!” ujar Baginda marah. “Apa maksud Baginda?” ujar Abu Nawas. “Beraninya kau menyuruhku mencari telur unta! Padahal, ia tak bertelur tapi beranak!” ujar Baginda kesal. “Tentu saja Baginda tak akan menemukannya, sebab tak ada satupun unta yang bertelur di dunia ini. Tapi, sekarang hamba hendak bertanya, apakah badan Baginda masih pegal-pegal?” ujarnya. “Tidak. Aku sudah tidak merasakannya,” jawab Baginda. “Apakah tangan dan kaki Baginda masih merasa nyeri?” tanya Abu Nawas. “Tentu tidak. Aku bahkan semalam tertidur pulas,” jawab Baginda Raja. “Itu berarti, hamba tak bersalah, kan? Hamba berhasil menyembuhkan Baginda,” jawab Abu Nawas dengan santai. Mendengar hal itu, Harun Al Rasyid pun tak jadi kesal. Ia justru tertawa tergeleng-geleng mendengar Abu Nawas. Kini, ia rajin bergerak agar tak pegal-pegal lagi. Unsur Intrinsik Usai membaca kisah Abu Nawas dan Telur Unta yang lucu di atas, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, tak perlu berlama-lama lagi. Langsung saja simak ulasan singkatnya di artikel ini! 1. Tema Inti cerita atau tema dari dongeng 1001 Malam ini adalah tentang kercedikan Abu Nawas. Terinspirasi dari seorang kakek yang memetik buah di pohon, ia mendapatkan ide tuk menyembuhkan penyakit sang Raja. Meskipun idenya terdengar konyol, yang penting raja berhasil sembuh dan sehat. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada dua tokoh utama dalam cerita ini. Siapa lagi kalau bukan Abu Nawas dan Harun Al Rasyid. Seperti kisah-kisah lainnya, Abu Nawas selalu digambarkan sebagai pria yang cerdik dan konyol. Harun Al Rasyid digambarkan sebagai raja yang pemalas. Sebab, penyakit pegal-pegal yang ia rasakan karena jarang bergerak. Hal itu menandakan bahwa ia kerap berdiam diri di istana. Selain itu, ia juga memiliki sifat mudah percaya. Buktinya, ia langsung mengikuti saran Abu Nawas untuk mencari telur unta. Selain tokoh utama, cerita ini juga memiliki tokoh pendukung yang turut mewarnai kisahnya. Mereka adalah Kakek pemetik buah yang menginspirasi Abu Nawas dan seorang Nenek jujur yang memberitahu baginda bahwa unta tidak bertelur. 3. Latar Ada beberapa latar tempat yang digunakan dalam cerita ini. Secara general, latar tempatnya adalah di Kota Baghdad. Secara spesifik, ada beberapa latar tempat yang digunakan, seperti istana, pasar, di bawah pohon rindang, dan perkebunan. 4. Alur Cerita Abu Nawas dan Telur Unta Dongeng Abu Nawas dan Telur Unta memiliki alur maju. Cerita bermula dari seorang raja yang menderita penyakit pegal-pegal pada badannya dan nyeri pada kaki dan tangannya. Ia mengundang tabib istana, tapi penyakitnya tak hilang Setelah itu, ia juga mengundang beberapa tabib di kota. Namun, hasilnya nihil. Penyakitnya tak kunjung hilang. Sepanjang hari, ia merasakan pegal-pegal dan nyeri. Sampai akhirnya, sayembara pun ia buat. Barangsiapa yang bisa menyembuhkan penyakit Raja, maka hadiah berupa emas dan uang akan ia dapatkan. Orang-orang pun berbondong-bondong datang ke istana untuk mencoba mengobati Raja. Sayangnya, belum ada yang berhasil. Sayembara itu pun sampai ke telinga Abu Nawas. Meski bukan tabib, ia ingin mencoba mengobati baginda Raja. Ia pun bergegas ke istana. Setelah medengar keluh kesah sang Raja, Abu Nawas minta waktu selama dua hari untuk mencari obat. Sebenarnya, Abu Nawas merasa bingung memikirkan solusi atas permasalahan sang Raja. Saat memikirkannya di bawah pohon, ia melihat seorang kakek memetik buah. Kakek itu berkata kalau hanya berdiam diri di rumah, tubuhnya akan terasa pegal-pegal. Dari situlah Abu Nawas mendapatkan inspirasi untuk menghilangkan penyakit Baginda Raja. Keesokan harinya ia kembali ke istana dan mengatakan pada Raja untuk mencari telur unta. Ia harus mencarinya sendiri. Sebab, bila yang mencari orang lain, maka khasiatnya akan menurun. Dengan polosnya, Baginda Raja memercayai perkataan Abu Nawas. Ia pergi ke pasar untuk mencari telur unta. Dari satu penjual ke penjual lain, telur unta tak dapat ia temukan. Lalu, ia bertemu dengan seorang nenek. Ia bertanya pada nenek itu, di mana bisa menemukan telur unta. Sang nenek pun terkejut. Namun, dengan jujur ia menjawab bahwa unta tak bertelur melainkan beranak. Sontak hal itu membuat Baginda Raja marah besar. Meski demikiaan, penyakitnya berhasil sembuh. Sebab, obat dari penyakitnya hanyalah sering bergerak agar otot-otot tidak kaku. 5. Pesan Moral Apa saja pesan moral dari cerita dongeng ini? Ada beberapa pesan moral yang bisa kamu petik, salah satunya adalah jangan jadi orang pemalas. Jarang bergerak akan membuat otot-ototmu kaku dan jadi mudah merasa pegal-pegal. Pesan kedua adalah jadilah orang yang solutif seperti Abu Nawas. Ia tak serta merta memberi obat pada sang Raja. Namun, ia mencari dulu akar permasalahannya. Setelah itu, barulah ia mencari solusi. Tidak hanya unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang terkandung dalam cerita dongeng Abu Nawas dan Telur Unta ini. Di antaranya adalah nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, seperti nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Asal Mula Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara & Ulasan Menariknya, Tempat Terbunuhnya Burung Garuda Raksasa Fakta Menarik Tak banyak yang bisa diulik dari cerita dongeng Abu Nawas dan Terlu Unta ini. Meski demikian, ada satu fakta yang harus kamu baca. Apakah itu? Berikut ulasan singkatnya; 1. Versi Lain Pada umumnya, suatu dongeng memang memiliki beberapa versi. Begitu pun dengan cerita dongeng Abu Nawas dan Telur Unta ini. Dongeng ini memiliki versi cerita lainnya. Secara garis besar, kisahnya tetap sama, yaitu tentang kecerdikan Abu Nawas dalam menyembuhkan sang Raja. Bedanya, ketika sang Raja bertemu dengan sang nenek, ia tak hanya menanyakan soal telur unta saja. Tapi, ia turut membantu sang nenek membawakan kayu bakar hingga ke rumah nenek itu. Karena membawa kayu bakar yang cukup berat itulah penyakit pegal-pegal sang Raja menghilang. Artinya, sang Raja dalam versi ini tidak melulu memiliki sifat pemalas. Tapi, ia juga baik hati karena telah menolong seorang nenek yang sedang membawa kayu bakar. Baca juga Cerita Rakyat Putri Satarina dan Tujuh Bidadari dari Sulawesi Tenggara & Ulasannya, Kisah Kebaikan Hati Seorang Gadis Hibur Teman-Temanmu dengan Kisah Lucu Abu Nawas dan Telur Unta di Atas Demikianlah kisah Abu Nawas dan Telur Unta beserta unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Apakah kamu suka dengan kisahnya? Kalau iya, jangan ragu tuk membagikannya dengan teman-temanmu. Jika mau baca kisah menarik lainnya, langsung saja cek situs kanal Ruang Pena. Ada kisah tentang Batu dan Pohon Ara, persahabatan Buaya dan Burung Penyanyi, Pengembara dan Sebuah Pohon, serta masih banyak lagi. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
AbuNawas merupakan salah satu penyair yang memiliki karya-karya monumental sehingga menarik untuk dikaji lebih dalam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka (library Reaserch) dengan pisau analisis psikologi sastra. Hasil dari penelitian ini adalah tokoh aku adalah seorang yang memiliki sifat yang rendah hati, sabar
- Abu Nawas adalah seorang berdarah Arab dan Persia yang menjadi penyair terkenal pada abad ke-8. Ia digambarkan sebagai sastrawan Arab terbesar yang bijaksana dan memiliki sifat jenaka. Pria yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di Irak ini dikenal karena bakat sastranya serta kecintaannya yang kuat pada Abu Nawas menawarkan pembaruan dan keragaman subyek. Banyak di antaranya yang menggambarkan wine minuman beralkohol dari fermentasi jus anggur, serta mencerminkan kehidupan, keyakinan, dan kecintaannya. Baca juga Biografi Jalaluddin Rumi, Penyair Sufi Legendaris Persia Kehidupan awal Abu Nawas lahir dengan nama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami di Kota Ahvaz, Iran, pada pertengahan abad adalah anak yatim, yang sejak kecil dibawa ibunya pindah ke Kota Basra di Irak. Di Basra, Abu Nawas belajar beberapa ilmu agama, seperti hadis, sastra, dan ilmu Al Quran. Abu Nawas belajar ilmu agama hingga dewasa dan bertemu dengan Walibah ibn Habib Al-Asad. Bersama Walibah, ia diberi nasihat untuk memperhalus tata bahasanya. Keduanya lantas pergi ke Kufah untuk bertemu dengan orang Arab Badui. Di Kufah, Abu Nawas belajar memperhalus tata bahasanya dan memperdalam sastra Arab. Selama di Kufah inilah, ia mulai dikenal sebagai sosok yang mahir membuat dan membacakan puisi.
Hai Mencari R. Terima kasih sudah bertanya di Roboguru. Kakak bantu jawab, ya. Tokoh utama dalam cerita yang mempunyai sifat baik disebut tokoh protagonis. Berikut pembahasannya. Tokoh merupakan pelaku atau karakter di dalam sebuah karya sastra. Berdasarkan perannya di dalam cerita, tokoh dibagi menjadi lima jenis, yaitu: 1.
- Abu Nawas Al-hasan ibn Hani Al-hakami dikenal sebagai Abu Nawas, adalah seorang penyair tersohor Arab klasik. Dia juga dikenal sebagai master dari semua genre puisi Arab kontemporer. Namun, tradisi cerita rakyat ternyata juga dia rambah, seperti yang muncul beberapa kali dalam Seribu Satu Malam. Pria yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di Irak ini dikenal karena bakatnya, serta kecintaannya yang kuat pada anggur. Sampai-sampai julukan “penyair anggur,” diberikan untuk penyair yang juga dianggap paling terkenal di era Abbasiyah menawarkan pembaruan dan keragaman subyek. Banyak yang menggambarkan alkohol, serta mencerminkan kehidupan, keyakinan, dan kecintaannya. Dia meninggal selama perang saudara sebelum al-Ma'mun maju dari Khur?s?n baik pada 814-816 M. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Herodotus Sang Sejarawan Pertama Dunia Menghafal Al Quran Ayah Abu Nawas, Hani, adalah seorang Arab, keturunan dari suku Jizani Banu Hakam, dan seorang prajurit dalam pasukan Marwan II. Namun Abu Nawas dilaporkan tidak pernah mengenalnya langsung. Ibunya seorang Persia, bernama Jullaban, bekerja sebagai penenun. Biografi berbeda mengenai tanggal lahir Abu Nawas, berkisar antara 747-762 M. Beberapa sumber menyebutkan ia lahir di Basra. Ibunya mengirimnya ke Attar untuk bekerja untuk ajira. Tapi Attar membesarkan dan merawatnya. Abu Nawas senang pergi ke dewan sains dan puisi, setelah bekerja dengan Attar. Attar sendiri yang mendorongnya untuk belajar dan menghafal Al Quran serta belajar puisi. Abu Nawas bermigrasi ke Baghdad, ditemani Walibah ibn al-Hubab, dan segera menjadi terkenal karena puisi uniknya. Puisi karyanya jenaka dan lucu. Bertema kehidupan perkotaan dan kegembiraan anggur dan minuman khamriyyat, dan humor sarkasme mujuniyyat. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Beverly Allitt Malaikat Maut dari Serial Pembunuhan Berantai Anak-anak Karya Abu Nawas termasuk puisi tentang berburu, cinta wanita dan anak laki-laki, dan penghargaan kepada penggemarnya. Itu semua berbeda dari kebanyakan puisi pada zamannya, yang secara tradisional membahas tema tentang gurun. Dia terkenal karena ejekan dan sindirannya, dua tema favoritnya adalah kepasifan seksual pria dan ketidaksopanan seksual terhadap wanita. Seringkali puisinya memberikan kejutan dalam masyarakat di zamannya. Tulisannya banyak membahas tentang hal-hal yang dilarang Islam. Dia mungkin penyair Arab pertama yang menulis tentang masturbasi. Ismail bin Nubakht "Saya tidak pernah melihat orang yang belajar lebih luas dari Abu Nawas, atau orang yang memiliki ingatan yang sangat lengkap, namun memiliki begitu sedikit buku.” “Setelah kematiannya kami menggeledah rumahnya, dan hanya dapat menemukan satu sampul buku berisi quire of paper, yang berisi kumpulan ekspresi langka dan observasi gramatikal," katanya melansir People Pill. Baca juga [Biografi Tokoh Dunia] Fritz Haber, Ilmuwan Jenius Pencipta Senjata Kimia Pemusnah MassalMasa produktif Abu Nawas terpaksa mengungsi ke Mesir untuk beberapa waktu, setelah dia menulis puisi elegi yang memuji keluarga elite politik Persia dari Barmaki, keluarga kuat yang telah digulingkan oleh khalifah, Harun al-Rashid. Dia kembali ke Baghdad pada 809 M setelah kematian Harun al-Rashid. Penguasa berikutnya adalah Muhammad al-Amin, putra harun al-Rasyid yang berusia dua puluh dua tahun dan mantan murid Abu Nawas. Kondisi ini memberi keuntungan besar bagi Abu Nawas. Faktanya, sebagian besar ulama percaya bahwa Abu Nawas menulis sebagian besar puisinya pada masa pemerintahan Al-Amin. Tugas kerajaannya yang paling terkenal adalah sebuah puisi 'Kasida' yang ia gubah untuk memuji al-Amin. "Menurut kritikus pada masanya, dia adalah penyair terbesar dalam Islam." tulis Arbuthnot dalam “Penulis Arab”. Orang sezamannya, Abu Hatim al Mekki sering berkata bahwa makna terdalam dari pemikiran disembunyikan di bawah tanah, sampai Abu Nawas menggalinya. Namun demikian, Abu Nawas dipenjara kan ketika tindakannya menguji kesabaran al-Amin. Amin akhirnya digulingkan oleh saudaranya Al-Ma'mun. Pemimpin baru yang sangat teguh memegang norma agama ini, tidak memiliki toleransi terhadap Abu Nawas. Beberapa laporan kemudian mengklaim bahwa ketakutan akan penjara, membuat Abu Nawas bertobat dengan cara lamanya dan menjadi sangat religius. Sementara yang lain percaya, dia akhirnya menyesal di kemudian hari, dan hanya menulis tentang harapannya memenangkan pengampunan khalifah. Dikatakan bahwa sekretaris al-Ma'mun Zonbor menipu Abu Nawas untuk menulis sindiran terhadap Ali, menantu Nabi, saat Nawas sedang mabuk. Zonbor kemudian dengan sengaja membacakan puisi itu di depan umum, dan memastikan Nawas terus ditahan. Akhir dari hidupnya masih menjadi teka-teki. Beberapa biografi berbeda mengatakan bahwa Abu Nawas meninggal di penjara atau diracun oleh Ismail bin Abu Sehl, atau keduanya. Baca juga [Sejarah Islam] Sumur Zamzam dan Aliran Airnya yang Abadi Akhirnya bertobat Al-Khatib al-Baghdadi, penulis The History of Baghdad, menulis bahwa Abu Nawas dimakamkan di pemakaman Shunizi di Baghdad. Kota ini memiliki beberapa tempat yang dinamai penyair. Jalan Abu Nuwas membentang di sepanjang tepi timur Tigris yang pernah menjadi barang pameran kota. Taman Abu Nawas juga terletak di sana, sepanjang 2,5 kilometer antara Jembatan Jumhouriya dan sebuah taman yang membentang hingga ke sungai di Karada, dekat Jembatan 14 Juli. Seniman Tanzania Godfrey Mwampembwa Gado menciptakan buku komik Swahili berjudul Abunuwasi yang diterbitkan pada 1996. Di dalamnya terdapat tokoh penipu bernama Abunuwasi sebagai protagonis dalam tiga cerita yang mengambil inspirasi dari cerita rakyat Afrika Timur serta fiksi Abu Nuwasi Seribu Satu Malam. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Didalam cerita Abu Nawas, tokoh utama memiliki sifat. a. periang b. komedi c. humoris d. pemarah e. penyedih. Pilih jawaban kamu: e. cerita kepahlawanan. Cara Menggunakan : SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia. Suka membaca kisah-kisah lucu Abu Nawas yang terkenal cerdik dan bijak? Pernah mendengar hikayat Abu Nawas dan botol ajaib yang sarat akan pesan moral? Bila belum, tak perlu ke mana-mana lagi. Mending kamu langsung saja simak artikel ini! Dongeng atau hikayat Abu Nawas biasanya berisi cerita yang tak hanya lucu, tapi juga mengandung pesan positif. Ada banyak hikayat tokoh ini yang menarik tuk kamu baca, salah satunya adalah Abu Nawas dan Botol sudah pernah membaca kisahnya? Singkatnya, dongeng ini mengisahkan tentang seorang raja yang memberikan tugas konyol kepada Abu Nawas. Meski awalnya kebingungan, pada akhirnya pria tersebut bisa menemukan cara untuk menyelesaikan tugas dari baginda penasaran dengan kisah selanjutnya dari hikayat Abu Nawas dan botol ajaib? Tak perlu banyak basa-basi lagi, yuk, langsung saja simak kisah beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya berikut! Alkisah, pada suatu hari, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid merasakan sakit perut yang tak kunjung sembuh. Kata tabib istana, Baginda Raja terkena penyakit angina. Penyakitnya tak parah, tapi cukup mengganggu keseharian baginda. Ia lalu memanggil Abu Nawas ke istananya. Sesampainya pria itu di istana, Baginda Raja menyambutnya dengan senyuman yang lebar. Rupanya, sang raja telah menyiapkan tugas yang cukup konyol untuk pria tersebut. “Hai, kau Abu Nawas. Aku punya tugas penting buatmu,” ucap sang raja. “Wahai Baginda Raja Harun Ar-Rasyid, tugas apakah yang akan engkau berikan pada hamba?” jawab pria lucu itu. “Akhir-akhir ini aku sering merasakan sakit perut. Kata tabib istana, aku menderita penyakit angina,” kata raja Abu Nawas sedikit keheranan mendengar cerita sang raja. Ia lalu bertanya, “Ampun Baginda, kiranya apa yang bisa hamba lakukan untuk Yang Mulia?”. “Tangkap dan penjarakan angin itu untukku! Kau tentu bisa melakukannya, bukan?” perintah sang raja. Pria yang mendapat perintah konyol dari raja ini pun terdiam sejenak. Ia merasa bingung dengan perintah dari raja. Di sisi lain, ia tak mungkin menolak perintah itu. Sebab, apa pun yang jadi perintah raja harus ia patuhi bila tak mau terkena hukuman. Setelah berpikir sejenak, akhirnya pria ini menjawab, “Baiklah, Yang Mulia. Akan hamba coba untuk memenjarakan angin,” ucapnya meskipun belum tahu cara untuk menangkap benda tak kasat mata itu. “Aku beri kau waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugasmu. Betapa baik hatiku, hahaha” ucap sang raja. “Baik, Yang Mulia. Akan hamba segera selesaikan perintah dari Tuan,” jawabnya. Baca juga Legenda Asal-Usul Pulau Senua dan Ulasan Menariknya, Pulau yang Berbentuk Seperti Ibu Hamil Memikirkan Cara Memenjarakan Angin Usai mendapat perintah dari sang raja, Abu Nawas pun pulang membawa tugas konyol itu. Sepanjang perjalanan pulang, ia terus terdiam dan mulutnya terkunci tak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tak habis pikir dengan perintah yang Raja Harun Ar-Rasyid berikan. Ia belum bisa memikirkan bagaimana cara menangkap dan memenjarakan angin. Menurutnya, angin adalah benda yang tak berwarna dan tak dapat dilihat. “Bagaimana bisa aku menangkap angin yang bahkan tak bisa kusentuh itu?” tanyanya dalam hati. Dua hari berlalu, Abu Nawas tak kunjung mendapatkan ide untuk menangkap angin, apalagi harus memenjarakannya. Ia hampir putus asa. Bahkan, ia tak dapat tidur dengan tenang. Ditambah lagi, waktu yang Baginda Raja tentukan hanya kurang 1 hari lagi. “Apa yang harus kuperbuat? Besok adalah hari terakhir. Tapi, aku tak kunjung mendapatkan ide,” ucapnya dalam hati. Ia mondar-mandir memikirkan cara untuk memenjarakan angin. Saking bingungnya, dalam hati, ia sempat menyerah dan berserah pada hukuman yang akan dirinya dapatkan esok hari. Ketika malam datang, tiba-tiba ia mendapatkan ide yang sangat cemerlang. “Bukankah angin itu tidak terlihat? Raja juga tak dapat melihatnya, bukan?” ucapnya dalam hati sambil bergegas menyiapkan alat-alat yang ia butuhkan untuk menyelesaikan tugasnya. Kembali ke Istana Saat pagi tiba, ia berjalan dengan yakin ke istana. Ia membawa sebuah botol kosong. Tak nampak apa pun di dalam botol itu. Ia lalu menemui Baginda Raja yang rupanya juga telah menunggu kedatangannya. “Kau sudah menyiapkan tugas yang kuperintahkan padamu?” tanya sang raja. “Tentu sudah, Yang Mulia,” kata Abu Nawas sambil menyerahkan sebuah botol kosong pada Baginda Raja. “Mana anginnya?” tanya Baginda. “Ada di dalam botol ini, Yang Mulia,” jawab pria cerdas itu dengan senyuman. “Benarkah? Kenapa aku tak bisa melihat apa-apa?” tanya Baginda Raja kebingungan. ” Ampun Baginda, siapa pun tak akan bisa melihat angin. Akan tetapi, jika ingin tahu angin, Tuan harus membuka tutup botol tersebut terlebih dahulu,” jawab Abu Nawas meyakinkan sang raja. Setelah membuka tutup botol, Baginda Raja mencium bau busuk. Ia lalu murka kepada pria yang membawa botol tersebut. “Bau busuk apa ini? Kau mau meracuniku?” bentak sang raja. “Ampun Baginda. Tadi hamba buang angin. Lalu, hamba masukkan dalam botol itu. Karena takut anginnya keluar, maka hamba memenjarakannya dengan menutup botol ini. Dengan begitu, hamba bisa menyelesaikan tugas dari Tuan,” jawab pria cerdik ini. Mendengar penjelasan pria itu, Baginda Raja tak jadi marah. Ia merasa perkataan Abu Nawas sangat masuk akal. Karenanya, Baginda Raja tak menghukum pria itu dan justru memberikannya sebuah hadiah. Baca juga Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu Unsur Intrinsik Suka dengan hikayat lucu Abu Nawas dan botol ajaib di atas? Penasaran dengan unsur intrinsik, seperti tema, tokoh dan perwatakan, latar, alur, serta pesan moral dalam kisah ini? Yuk, simak ulasan singkatnya berikut; 1. Tema Tema atau inti cerita dari hikayat ini adalah tentang kecerdikan dalam menyelesaikan masalah. Selain itu, hikayat ini juga menceritakan tentang semangat dan kerja keras yang membuahkan hasil positif. 2. Tokoh dan Perwatakan Sumber Lembaga Manajemen Infaq Zakat Nasional Ada dua tokoh utama yang mewarnai cerita ini. Siapa lagi kalau bukan Abu Nawas dan Baginda Raja Harun Ar-Rasyid. Abu Nawas memiliki sifat yang cerdik, banyak akal, dan pantang menyerah. Sementara itu, Baginda Raja Harun Ar-Rasyid digambarkan sebagai raja yang kurang pandai. Sebab, ia memberikan perintah yang tak masuk akal, yakni menangkap angin. Meski hanya memiliki dua tokoh utama, kisah ini tetap menarik tuk kamu baca, bukan? 3. Latar Hikayat Abu Nawas dan botol ajaib ini menggunakan tiga latar tempat. Yaitu istana kerajaan, jalanan, dan rumah Abu Nawas. Untuk latar waktu, cerita ini berkisah pada pagi, siang, dan malam hari. 4. Alur Cerita Hikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib Kalau membaca dengan seksama kisah ini, kamu mungkin bisa langsung menebak kalau alur ceritanya adalah maju. Cerita bermula dari Baginda Raja Harun Ar-Rasyid yang menderita penyakit angina. Dengan konyolnya, ia lalu menugaskan pada Abu Nawas untuk menangkap dan memenjarakan angin. Awalnya, pria ini hampir putus asa karena tak kunjung mendapatkan ide untuk menangkap angin yang bahkan tak bisa dipegang itu. Namun, pada akhirnya ia bisa menemukan ide untuk menangkap angin. Ia mengambil botol kosong, lalu buang angin di dalamnya. Setelah itu, botolnya ia tutup dan diserahkan pada sang raja. Meski awalnya sang raja marah karena bau busuk itu, ia lalu mengerti penjelasan Abu Nawas. Pada akhirnya, Baginda Raja memberikan hadiah pada pria yang cerdik dan bijaksana itu. 5. Pesan Moral Bisa menebak kira-kira apa saja pesan moral atau amanat yang terkandung dalam hikayat Abu Nawas dan botol ajaib ini? Salah satu amanat dalam dongeng ini adalah jangan mudah berputus asa dalam menghadapi suatu masalah. Teruslah berjuang dan pantang menyerah dalam mencari jalan keluar dari setiap masalah yang kamu hadapi. Pesan moral yang dapat kamu petik dalam kisah ini adalah jangan semena-mena dengan jabatan. Seperti halnya sang raja yang seenaknya memerintah seseorang untuk menyelesaikan tugas konyol. Tugas menangkap dan memenjarakan angin merupakan hal yang tak lazim, bukan? Untung saja, Abu Nawas punya banyak akal, sehingga ia bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan terhindar dari hukuman. Selain unsur intrinsik, kisah ini juga memiliki unsur ekstrinsik yang bisa kamu simpulkan dari cerita hikayat Abu Nawas dan botol ajaib ini. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekitar pada saat itu, termasuk nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Fakta Menarik Tak banyak fakta menarik yang bisa dikulik dari dongeng singkat ini. Hanya ada satu fakta yang mungkin beberapa orang sudah ketahui. Kalau kamu belum tahu dan penasaran, berikut ulasannya; 1. Termasuk dalam Dongeng 1001 Malam Kamu mungkin sudah familier dengan Dongeng 1001 Malam yang berasal dari Timur Tengah, bukan? Nah, hikayat Abu Nawas dan botol ajaib ini juga termasuk dalam Dongeng 1001 Malam. Tokoh Abu Nawas sendiri ada di kehidupan nyata. Ia adalah seorang pujangga alias penulis puisi dari Arab. Meski demikian, dongeng ini tidaklah berdasarkan dari kisah nyata. Baca juga Kisah dari Nusa Tenggara Barat, Kembang Ander Nyawe Beserta Ulasan Lengkapnya yang Menarik tuk Kamu Simak Sudah Puas Membaca Hikayat Abu Nawas dan Botol Ajaib Ini? Demikianlah hikayat Abu Nawas dan botol ajaib beserta ulasan seputar unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya. Ceritanya cukup menarik dan mengundang gelak tawa, bukan? Kamu sudah cukup puas dengan cerita yang kami paparkan? Kalau masih butuh kisah lainnya, tak perlu ke mana-mana lagi. Langsung saja telusuri kanal Ruang Pena pada Ada kisah Nabi Daud Melawan Jalut, dongeng Ali Baba dan 40 Pencuri, atau cerita Nabu Daud As dan Kitab Zabur. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
Secaraumum, ada 2 fungsi tokoh dalam sebuah cerita, antara lain: Antagonis adalah tokoh yang dianggap jahat atau justru menimbulkan konflik dalam sebuah cerita. Umumnya, tokoh antagonis ini menjadi lawan utama dari protagonis. Protagonis adalah tokoh yang dianggap baik dan memiliki sifat-sifat yang baik dalam sebuah cerita.
Apa Itu Karakter Tokoh?Jenis-Jenis Karakter Tokoh1. Protagonis 2. Antagonis3. Tritagonis4. Skeptic5. Sidekick6. Contagonist7. Guardian8. Reason9. Emotion10. Deutragonis11. Foil12. Figuran Dalam sebuah novel, cerita pendek atau cerpen, cerita bersambung atau cerbung, drama, dan karya sastra lain tentu kita mengenal karakter tokoh. Tapi kita kadang belum memahami kira-kira apa jenis-jenis karakter tokoh yang ada di dalam cerita tersebut. Oleh sebab itu, sebagai penulis tentu saja Anda harus memahami jenis-jenis karakter tokoh. Sebelum membahas mengenai jenis-jenis karakter tokoh, tentu Anda sebagai pembaca atau penulis selama ini mengetahui bahwa tokoh adalah subjek atau orang yang mengalami kejadian atau terlibat di dalam jalannya cerita. Di dalam sebuah cerita, tokoh biasanya terdiri dari dua orang atau lebih, kecuali pada monolog. Tokoh-tokoh tersebut tentu saja memiliki sifat, watak, sikap, dan karakteristik yang berbeda-beda, seperti manusia pada umumnya. Oleh sebab itu, di bawah ini akan dijelaskan mengenai berbagai hal mengenai karakter tokoh, mulai dari pengertian karakter tokoh hingga berbagai jenis-jenis karakter tokoh. Mau menulis buku? Anda wajib punya panduan iniGRATIS! Ebook Panduan Menulis Buku [PREMIUM] Apa Itu Karakter Tokoh? Menurut Wikipedia, karakter atau watak adalah sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Sementara tokoh adalah manusia atau orang dengan sebaran populasi paling besar atau paling luas. Di dalam sebuah karya sastra, karakter tokoh ini merupakan seorang yang mengambil peran atau terlibat di dalam kejadian yang ada di dalam jalannya cerita. Karakter tokoh sering dipergunakan pada istilah untuk menyebut perwatakan atau watak, karakter atau karakteristik yang menunjukkan bagaimana dimiliki oleh tokoh di dalam cerita tersebut. Istilah tokoh dalam cerita merujuk pada orangnya atau pelaku di dalam cerita tersebut. Sehingga karakter tokoh adalah watak, karakter, atau sifat yang dimiliki oleh tokoh yang memerankan atau terlibat di dalam jalannya cerita. Dengan adanya karakter tokoh, maka jalan cerita bisa dibangun berdasarkan bagaimana watak dan sifat yang ditunjukkan oleh tokoh di dalamnya. Karakter atau sifat dari seorang tokoh juga disebut sebagai penokohan. Tujuan diciptakannya karakter atau sifat pada tokoh tersebut untuk menghidupkan jalan cerita dari tokoh atau pelaku yang terlibat di dalam jalannya sebuah cerita. Sehingga penulis naskah perlu mengembangkan atau menemukan teknik yang sesuai untuk menciptakan karakter tokoh. Oleh sebab itu, penulis atau pengarang memperlihatkan penokohan atau karakter pada tokoh dengan bagaimana penulis atau pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam suatu cerita, sehingga penonton atau pembaca mampu mengetahui bagaimana karakter atau sifat dari para tokoh yang ada di dalam cerita tersebut. Jenis-jenis karakter tokoh yang diciptakan di dalam sebuah cerita biasanya diciptakan oleh penulis dengan berdasarkan dari berbagai imajinasi atau pengalaman penulis itu sendiri. Jenis-jenis karakter tokoh yang diciptakan juga harus realistis sehingga dekat dengan pembaca dan tidak terkesan mengada-ada. Karakter tokoh atau penokohan ini juga termasuk ke dalam unsur intrinsik dalam suatu karya sastra. Maka, terciptanya karakter tokoh tersebut harus mampu membangkitkan alur cerita dengan baik dan juga menarik penonton atau pembaca karya sastra tersebut. Karakter tokoh atau penokohan tersebut tentu tidak hanya ada satu macam. Ada beberapa jenis-jenis karakter tokoh yang biasa digunakan penulis atau pengarang untuk menggambarkan tokoh atau pelaku yang terlibat di dalam jalannya cerita. Ada beberapa pengertian mengenai karakter tokoh menurut beberapa ahli. Menurut Kosasih 201267, pengertian karakter tokoh adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Menurut Zaidan 2004206, karakter tokoh adalah proses penampilan tokoh dengan pemberian watak, sifat, atau kebiasaan tokoh pemeran suatu cerita. Selanjutnya, Sugiarti 200794 memiliki pandangan bahwa perwatakan atau karakter tokoh adalah pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita. Selain itu, Nurgiantoro 2012165 mengungkapkan bahwa karakter tokoh adalah pelukisan atau gambar yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Minderop 20052 menggambarkan karakter tokoh adalah pelukisan watak tokoh yang terdapat dalam suatu karya fiksi. Dan Kamus Besar Bahasa Indonesia 20141476 memaparkan pengertian karakter atau tokoh atau penokohan sebagai penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh adalah pelukisan karakter diri seorang tokoh atau pelaku di dalam jalannya cerita yang digambarkan oleh pengarang dalam sebuah karya sastra. Baca Juga Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel,Cerpen,Puisi,dan Drama Pengertian Fabel,Ciri-Ciri,Unsur, dan Contoh Lengkap Pengertian Alur Cerita, Jenis-Jenis dan Contoh Lengkap 12 Tips Membuat Alur Cerita yang Menarik Jenis-Jenis Karakter Tokoh Setelah memahami apa itu karakter tokoh, kini akan dipelajari mengenai apa saja jenis-jenis karakter tokoh yang ada di dalam cerita. Untuk dapat menggambarkan sifat atau watak dari seorang tokoh di dalam cerita, pengarang atau penulis tentu menciptakan penokohan berdasarkan jenis-jenis karakter tokoh. Berikut ini adalah beberapa jenis-jenis karakter tokoh mulai yang membedakan watak atau penokohan tokoh yang satu dan tokoh yang lainnya. 1. Protagonis Protagonis adalah jenis-jenis karakter tokoh yang paling disoroti di dalam jalannya atau alur cerita. Biasanya tokoh protagonis ini digambarkan memiliki watak dan sifat yang baik dan juga bersifat positif. Sehingga tokoh protagonis ini banyak disukai oleh penonton atau pembaca karya sastra. Selain itu, tokoh protagonis juga biasanya digambarkan memiliki sifat yang rendah hati, sabar, tidak sombong, jujur, setia, suka menolong, dan sifat baik lainnya. Biasanya, tokoh protagonis ini menjadi tokoh utama sehingga menjadi perhatian di dalam jalannya cerita tersebut. Tak heran jika tokoh protagonis ini berhasil menyita empati dan perhatian dari para pembaca. Hal ini karena pembaca ajakan diajak mengikuti kisah tokoh protagonis untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Masalah yang dihadapi tokoh protagonis ini bisa datang dari siapa saja, bahkan dari tokoh lain. Sehingga bisa dibilang bila tokoh protagonis ini akan menentukan bagaimana jalannya cerita dan segala keputusan yang terjadi dan menjadi penentu di dalam alur cerita yang berjalan. 2. Antagonis Selain tokoh protagonis, jenis-jenis karakter tokoh yang selanjutnya adalah karakter antagonis. Tokoh antagonis ini adalah tokoh yang kontras dengan tokoh protagonis. Di mana tokoh antagonis ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki watak atau sifat yang buruk dan biasanya menjadi musuh atau memusuhi tokoh protagonis. Tokoh antagonis juga bisa disebut sebagai tokoh yang menentang cerita karena tokoh antagonis ini sering digambarkan sebagai sosok tokoh yang memiliki sifat negatif, yaitu memiliki dendam, pembohong, jahat, sombong, penipu, kasar, tidak bersahabat, suka membuat masalah, dan berbagai sikap buruk lainnya. Tokoh antagonis ini biasanya dibenci oleh penonton atau pembaca cerita karena sifatnya yang dinilai merugikan atau menyebalkan. Meski demikian, biasanya penulis sengaja memberikan porsi yang cukup banyak bagi tokoh antagonis ini sehingga semakin membuat pembaca atau penonton jengkel tetapi tetap menyita perhatian penonton atau pembaca. Dengan adanya sifat buruk pada tokoh antagonis tersebut, masalah di dalam cerita atau konflik biasanya semakin memanas. Konflik di dalam cerita yang digambarkan di dalam alur juga biasanya muncul karena peran atau perilaku yang dilakukan tokoh antagonis. 3. Tritagonis Tokoh selanjutnya yang biasa muncul di dalam karakter tokoh atau penokohan adalah tokoh tritagonis. Tokoh tritagonis ini biasanya muncul di dalam cerita sebagai tokoh yang mampu menjadi penengah antara pertikaian atau konflik yang hadir di antara tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Karena tokoh tritagonis ini diciptakan sebagai tokoh penengah, maka watak yang dimiliki tokoh tritagonis biasanya bijak dan berwibawa. Hal ini karena tokoh tritagonis digambarkan harus mampu menjadi pendamai atau jembatan atas penyelesaian konflik yang muncul di dalam jalannya cerita. Selain menjadi penengah, tritagonis juga bisa memberikan pendapat dan memberi nasihat bagi tokoh protagonis dan tokoh antagonis yang berkonflik. Sehingga jika disimpulkan, kehadiran tokoh tritagonis di dalam cerita atau karya sastra adalah menjadi tokoh yang mencari jalan keluar terbaik dari permasalahan yang terjadi antara tokoh antagonis dan tokoh protagonis. Baca Juga; Mudah, Cara Membuat Novel Kisah Sendiri yang Banyak Diminati Mengenal Bagaimana Pentingnya Novelty Dalam Tulisan Ilmiah Tips Menulis Novel yang Menarik Bagi Pembaca Cara Mengirim Naskah Novel ke Penerbit 4. Skeptic Secara umum, pembagian jenis-jenis karakter tokoh yang terkenal memang hanya ada tiga yang dijelaskan di atas yakni tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis. Namun ada pula jenis-jenis karakter tokoh lain yang mewarnai jalannya alur di dalam sebuah cerita. Salah satunya adalah tokoh skeptic. Tokoh skeptic ini biasa dikenal sebagai tokoh yang memusuhi karakter baik. Artinya, tokoh skeptic ini merupakan tokoh yang mendukung tokoh antagonis dalam cerita. Berbeda dengan tokoh antagonis, tokoh skeptic ini merupakan tokoh pendukung yang tidak terlalu sering muncul di dalam cerita. Meski hanya jadi tokoh pendukung, tokoh skeptic ini biasanya menjadi pelengkap munculnya konflik. Tokoh skeptic ini juga bisa berperan menghidupkan alur atau jalan cerita agar jalan cerita tidak terkesan datar dan monoton. 5. Sidekick Selain tokoh skeptic, karakter tokoh yang juga mendukung jalannya cerita selain tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis adalah tokoh sidekick. Tokoh sidekick ini biasanya tokoh yang muncul atau dimunculkan sebagai penyeimbang munculnya tokoh skeptic. Konsep tokoh sidekick yang menyeimbangkan tokoh skeptic ini hampir sama dengan peran tokoh protagonis dan tokoh antagonis, namun bedanya tokoh sidekick ini merupakan tokoh pendukung. Tokoh sidekick ini tokoh yang menjadi pendukung tokoh protagonis atau pendukung tokoh yang berperilaku baik. Hadirnya tokoh sidekick ini menjadi pendukung yang berperan menghidupkan alur cerita atau jalan cerita agar tidak monoton dan konflik yang terjadi juga semakin menarik dan berkembang. Baca Juga 9 Cara Menulis Cerpen Untuk Pemula dan Strukturnya Menulis Buku Novel Syarat Mengembangkan Penokohan Novel Sejarah Laris di Pasaran Buku Novel Terbaru Anda Pasti Laris-Begini Caranya 6. Contagonist Selanjutnya adalah tokoh contagonist. Meski tidak terlalu familiar dibandingkan tokoh protagonis, tokoh antagonis, dan tokoh tritagonis, tokoh contagonist ini juga berperan baik dalam mengembangkan atau mendukung jalannya cerita atau alur di dalam cerita dan mendukung para pemeran di dalamnya. Tokoh contagonist ini adalah tokoh yang mendukung atau tokoh pendukung dengan karakter yang berseberangan dengan tokoh protagonis. Biasanya, tokoh contagonist ini muncul di tengah-tengah jalannya cerita. Mengapa demikian? Penulis atau pengarang memang biasanya memunculkan tokoh contagonist di tengah cerita. Hal ini karena sifat dari tokoh contagonist ini hanya menjadi pendukung konflik yang muncul, sehingga konflik atau jalannya cerita yang terjadi atau berlangsung lebih hidup dan lebih menarik lagi. 7. Guardian Selanjutnya, muncul tokoh guardian. Sama dengan peran seperti namanya, tokoh guardian ini muncul sebagai pelindung dari peran utama. Tokoh guardian ini biasanya muncul setelah hadirnya tokoh contagonist. Tokoh guardian akan muncul sebagai penyeimbang para tokoh yang muncul sebelumnya. Karena tokoh guardian ini berperan sebagai pelindung pemeran utama, tokoh guardian ini biasanya digambarkan sebagai seorang tokoh yang memiliki sifat yang bijak dan baik hati sehingga mampu menjadi pelindung bagi pemeran utama di dalam cerita yang berlangsung. 8. Reason Selain itu, jenis-jenis karakter tokoh yang muncul lainnya adalah tokoh reason. Tokoh reason ini juga merupakan tokoh pendukung. Yang mana meskipun tidak berperan sebagai pemeran utama, namun perannya akan menjadi penentu dan menjadi warna bagi alur cerita yang berlangsung. Tokoh reason ini digambarkan sebagai tokoh yang memiliki karakter yang tenang dan selalu berpikiran logis serta sabar. Oleh sebab itu, tokoh reason ini akan membantu menyelesaikan masalah dengan cara membantu tokoh utama dalam penyelesaian masalah atau konflik yang dihadapi. 9. Emotion Selanjutnya muncul juga tokoh pendukung lain yakni tokoh emotion. Meski merupakan tokoh pendukung, namun tokoh emotion ini juga memiliki peran yang cukup penting dalam jalannya sebuah alur cerita, yang mana tokoh ini akan mampu jadi tokoh yang memicu konflik di dalam sebuah cerita sehingga jalan cerita jadi semakin menarik. Tokoh emotion ini memiliki sikap atau sifat yakni tidak bisa berpikir tenang. Tokoh emotion ini digambarkan sebagai tokoh yang tidak bisa mengendalikan perasaannya dan tidak bisa berpikir tenang. Oleh sebab itu, kehadiran tokoh emotion ini menambah bumbu di dalam jalannya sebuah cerita. Tokoh emotion ini bisa muncul dan memicu adanya konflik baru atau memicu konflik besar yang akan terjadi di dalam rangkaian cerita sehingga cerita semakin panjang dan juga semakin menarik. 10. Deutragonis Selanjutnya, ada jenis-jenis karakter tokoh lain yakni tokoh deutragonis. Sama dengan tokoh sidekick, tokoh pendukung yakni tokoh deutragonis ini menjadi teman setia bagi tokoh protagonis yang akan selalu menemani dan mendukung para tokoh utama, yakni tokoh protagonis. Tokoh deutragonis ini digambarkan sebagai sosok tokoh yang menjadi teman, baik tempat curhat atau sosok yang selalu ada bagi tokoh protagonis dan membantu tokoh protagonis menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 11. Foil Selanjutnya adalah tokoh pendukung yang sama dengan tokoh pendukung skeptic. Tokoh pendukung foil yang memiliki peran sama dengan tokoh skeptic ini merupakan tokoh yang akan selalu menemani dan mendukung peran dari tokoh utama dalam hal ini adalah tokoh antagonis. Tokoh foil ini nanti akan berperan sebagai tokoh yang membantu tokoh antagonis dalam menyelesaikan masalah atau memenangkan konflik di dalam cerita atau alur cerita yang disajikan. 12. Figuran Jenis-jenis karakteristik tokoh yang selanjutnya adalah tokoh figuran. Seperti yang kita ketahui bersama, tokoh figuran yang ada di dalam jalannya cerita adalah sebagai karakter yang melengkapi jalannya sebuah cerita. Tokoh figuran di dalam cerita ini tidak terlalu sering muncul seperti pemeran utama. Namun meski demikian, peran dari tokoh figuran ini tidak kalah penting dari tokoh utama. Tokoh figuran ini bahkan biasanya menjadi pemanis dan membuat jalan cerita akan lebih menarik. Hal ini karena tokoh figuran biasanya digambarkan sebagai sosok yang memiliki sifat unik sehingga menjadi warna dalam jalannya cerita. Tokoh figuran seringkali memiliki sifat yang lucu dan menyenangkan, sehingga bisa menjadi penghibur bagi tokoh utama dan juga mampu menyeimbangkan jalannya cerita sehingga bisa diterima pembaca atau penonton dengan baik. Artikel Terkait Unsur Instrinsik dan Ekstrinsik Novel,Cerpen,Puisi,dan Drama Pengertian Fabel,Ciri-Ciri,Unsur, dan Contoh Lengkap Pengertian Alur Cerita, Jenis-Jenis dan Contoh Lengkap 12 Tips Membuat Alur Cerita yang Menarik
Padatokoh Aku penulis coba mengangkat sisi-sisi lain dari manusia. Memperbaiki niat dan memiliki rasa ikhlas yang ditunjukkan oleh tokoh Aku merupakan wujud konkret manusia memiliki nilai religius. Tokoh Aku dihadapkan pada suatu peristiwa yang membuat dirinya memiliki sifat penyerahan diri yang menyeluruh dan tergambar lewat perkataannya Ilustrasi Kisah Abu Nawas. Foto pixabayKisah Abu Nawas yang jenaka bisa memberikan hiburan serta pelajaran bagi umat manusia. Kecerdikannya dalam menyelesaikan masalah menjadi ciri Nawas dikenal sebagai tokoh yang hidup di zaman khalifah Harun Ar-Rasyid. Nama asli beliau adalah Abu Ali lahir di Kota Ahvaz, Negeri Persia pada tahun 145 H atau 747 M. Abu Nawas dikenal sebagai seorang pujangga Arab dan penyair sastra besar Arab klasik yang mudanya dipenuhi dengan kisah menarik yang membuatnya dikenang dalam khazanah sastra Arab Islam. Banyak kisah jenaka Abu Nawas yang bisa dijadikan pelajaran bagi manusia. Salah satunya adalah kisah beliau yang berjudul “Menangkap Angin”.Bagaimana kisahnya? Simak penjelasan Kisah Abu Nawas. Foto pixabayKisah Abu Nawas “Menangkap Angin”Mengutip dari buku Kisah Abu Nawas karya Aryanto, ada kisah jenaka Abu Nawas yang menarik dan bisa dijadikan sebagai pelajaran. Kisah ini berjudul “Menangkap Angin”.Kecerdikan Abu Nawas yang terkenal diceritakan dalam kisah ini. Dikisahkan suatu hari Abu Nawas didatangi oleh utusan kerajaan. Betapa terkejutnya bahwa dirinya diperintahkan untuk menemui baginda Nawas pun memenuhi perintah tersebut. Sepanjang perjalanan, ia memikirkan teka-teki apalagi yang akan diberikan baginda raja di kerajaan, Abu Nawas disambut hangat dengan senyuman baginda raja. Kemudian ia pun bertanya, “Ada apa gerangan wahai baginda raja memanggil saya ke istana?."Kemudian raja pun menjawab, “Akhir-akhir ini aku mengalami gangguan perut. Tabib kerajaanku mengatakan bahwa aku terkena serangan angin."“Lalu apa yang bisa saya bantu wahai baginda raja?” tanya Abu Nawas“Tangkaplah angin itu dan penjarakan dia. Buktikan bahwa kamu memang cerdik.”Abu Nawas terdiam, tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Ia pun pergi seraya memikirkan bagaimana cara menangkap angin yang wujudnya pun tak terlihat. Abu Nawas hanya diberikan waktu tiga hari untuk menyelesaikan perintah tersebut. Singkat cerita, sudah berlalu dua hari sejak perintah itu diberikan. Abu Nawas belum menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan perintah ia mampu menyelesaikan perintah raja, ia bisa mendapatkan imbalan atau hadiah. Dan hadiah itu bisa digunakannya untuk beramal dan membantu orang akhirnya tiba di hari terakhir, tapi Abu Nawas masih belum menemukan cara yang tepat untuk menangkap angin. Di tengah perjalanan, ia teringat akan Aladin dan lampu halnya dengan angin, jin pun tidak terlihat. Ia pun memiliki id, kemudian kembali ke rumah dan menyiapkan segala sesuatu untuk menuju di istana, ia dipersilakan masuk oleh prajurit kerajaan. Raja yang sudah menunggu kedatangan Abu Nawas pun menanyakannya.“Berhasilkah kau memenjarakan angin, wahai Abu Nawas?”“Sudah baginda raja” jawab Abu Nawas seraya menyerahkan botol yang sudah disumbat olehnya kepada raja. Raja pun melihat botol itu dengan heran.“Mana angin tersebut hai Abu Nawas?”“Di dalam botol tersebut baginda. Engkau tidak bisa melihatnya, namun kau dapat merasakannya. Bukalah sumbatan botol tersebut untuk merasakan anginnya,” kata Abu Nawas raja pun membuka sumbatan botolnya dan ia mencium aroma busuk dari botol tersebut.“Bau apa ini?” tanya baginda raja.“Ampun tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan memasukannya ke dalam botol. Hamba khawatir angin tersebut akan keluar, sehingga hamba memenjarakannya di dalam botol,” jawab Abu Nawas Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal."Heheheheh kau memang pintar Abu Nawas.""Tapi Baginda,” sela Abu Nawas"Hamba sebenarnya cukup pusing memikirkan bagaimana melaksanakan tugas memenjarakan angin ini." "Lalu apa maksudmu Abu Nawas?""Hamba minta ganti rugi.""Kau hendak memeras seorang raja?""Oh, bukan begitu baginda.""Baginda harus memberi saya hadiah berupa uang untuk belanja dalam satu bulan.""Kalau tidak?" tantang baginda."Kalau tidak, hamba akan menceritakan kepada khalayak bahwa baginda telah sengaja mencium kentut hamba!""Hah?" baginda kaget dan jengkel tapi kemudian tertawa terbahak-bahak."Baik permintaanmu kukabulkan!" Adaprotagonis hingga tritagonis. Tokoh adalah orang yang berperan yang menjadi pelaku dalam sebuah cerita. Tokoh cerita yang dalam suatu karya yang dimaksud dapat ditampilkan dalam bentuk drama/teater, cerpen, maupun novel. Karakter atau sifat dari seorang tokoh disebut penokohan. Tujuan diciptakannya suatu penokohan adalah untuk menghidupkan Pengenalan Abu Nawas Abu Nawas adalah tokoh legendaris dalam cerita rakyat Indonesia. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdik, kocak, dan pandai merayu. Meskipun tokoh ini hanya fiktif, namun cerita-ceritanya memiliki pesan moral yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dalam cerita Abu Nawas, tokoh utama memiliki sifat-sifat yang cukup unik dan menarik untuk dibahas. Berikut ini adalah beberapa sifat tokoh utama dalam cerita Abu Nawas. Cerdik Salah satu sifat utama Abu Nawas adalah kecerdikan. Ia selalu berhasil mengalahkan musuh-musuhnya dengan akal dan kecerdasannya yang luar biasa. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas berhasil memenangkan taruhan dengan menipu orang kaya yang sombong. Dengan kecerdikannya, Abu Nawas berhasil membuat orang kaya tersebut kalah dalam taruhan dan mengakui kekalahan dengan malu-malu. Kocak Abu Nawas juga dikenal dengan sifat kocaknya yang membuat orang tertawa. Ia selalu bisa membuat orang lain senang dan tersenyum dengan tingkah lakunya yang lucu. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas berhasil membuat raja tertawa dengan mengenakan pakaian yang lucu dan menjalankan sketsa yang konyol. Pandai Merayu Selain kecerdikan dan kekocakan, Abu Nawas juga dikenal dengan kemampuannya dalam merayu. Ia selalu berhasil membuat wanita jatuh hati padanya dengan kata-kata manis dan rayuan yang lembut. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas berhasil merayu seorang putri yang sangat cantik dan membuatnya jatuh cinta. Bijaksana Walaupun terkenal dengan sifat kocak dan cerdiknya, Abu Nawas juga memiliki sifat yang bijaksana. Ia selalu memberikan nasihat dan petuah kepada orang lain yang berguna bagi kehidupan mereka. Dalam salah satu cerita, Abu Nawas memberikan nasihat kepada seorang raja yang sombong untuk tidak meremehkan rakyatnya dan menghargai mereka sebagai manusia yang sama seperti dirinya. Penutup Demikianlah beberapa sifat tokoh utama dalam cerita Abu Nawas. Meskipun tokoh ini hanya fiktif, namun cerita-ceritanya memiliki pesan moral yang sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari. Keberadaan Abu Nawas dalam cerita rakyat Indonesia menjadi bagian dari warisan budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat memberikan inspirasi bagi pembaca. Lifestyle Kehidupanawal. Abu Nawas lahir dengan nama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami di Kota Ahvaz, Iran, pada pertengahan abad ke-8. Ia adalah anak yatim, yang sejak kecil dibawa ibunya pindah ke Kota Basra di Irak. Di Basra, Abu Nawas belajar beberapa ilmu agama, seperti hadis, sastra, dan ilmu Al Quran. Abu Nawas belajar ilmu agama hingga dewasa
Siapa yang suka membaca dongeng 1001 Malam? Sudah pernah membaca kisah Abu Nawas yang Doa Merayu Tuhan? Kalau belum, tak perlu ke mana-mana lagi, ya! Karena sekarang kamu sudah berada di tempat yang tepat. Yuk, simak langsung saja kisah Abu Nawas adalah salah satu bagian dari dongeng 1001 Malam. Biasanya, kisahnya mengandung pesan moral. Ada banyak kisah Abu Nawas, salah satunya adalah Doa Merayu Tuhan. Kamu sudah pernah membaca atau mendengar kisahnya?Berbeda dengan kisah lainnya, di dongeng ini Abu Nawas tak bersikap konyol. Secara singkat, dongeng ini mengisahkan tentang tiga orang murid yang bertanya pada gurunya, Abu Nawas. Pertanyaan mereka sebenarnya sama, tapi sang guru menjawab dengan tiga jawaban berbeda. Bagaimana bisa?Daripada penasaran, kamu mending langsung simak cerita lengkap Doa Abu Nawas Merayu Tuhan yang ada di artikel ini. Tak hanya kisahnya saja, unsur intrinsik, pesan moral, dan fakta menariknya pun telah kami paparkan. Selamat membaca! Alkisah, di Timur Tengah, hiduplah seorang sufi bernama Abu Nawas. Karena kecerdasannya, ia memiiliki banyak murid. Ketika mengajar, ia dapat mengajar materi yang berbobot dengan penyampaian yang mudah dimengerti. Tak heran bila para murid sangat menyukainya. Pada suatu hari, ketika mengajar, ada tiga orang tamu yang mengunjunginya untuk mengajukan pertanyaan. Orang pertama bertanya, “Abu, manakah yang lebih utama, orang yang melakukan dosa-dosa besar atau orang yang melakukan dosa kecil” Abu Nawas pun menjawab, “Orang yang mengerjakan dosa kecil.” “Kenapa begitu?” tanya orang pertama itu. “Sebab, Allah lebih mudah mengampuni dosa kecil ketimbang dosa besar,” jawab seorang sufi cerdas itu. Orang pertama itu pun menganggukkan kepala dan sangat puas dengan jawaban tersebut. Tak lama kemudian, bertanyalah orang kedua dengan pertanyaan yang sama, “Abu, menurut engkau, manakah yang lebih utama, mengerjakan dosa-dosa besar atau mengerjakan dosa-dosa kecil?” Dengan jawaban berbeda, sufi itu menjawab, “Orang yang tidak mengerjakan kedua dosa itu adalah yang utama.” “Mengapa demikian?” tanya orang kedua. “Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu saja Allah tidak perlu memberikan pengampunan,” ujarnya santai. Orang kedua pun menganggukan kepala dan puas dengan jawaban gurunya. Lalu, orang ketiga juga memberi pertanyaan yang sama, “Abu, mana yang lebih utama? Orang yang mengerjakan dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa kecil?” Ia dengan kalem menjawab, “Dosa yang besar lebih utama.” “Kenapa bisa begitu?” tanya orang ketiga. “Pasalnya, pengampunan Allah kepada hamba-Nya sebanding dengan besar dosa hamba-Nya,” jawabnya kalem. Dan lagi, murid ketiga juga merasa puas dengan jawaban tersebut. Ketiga orang itu lalu pergi dengan hati yang puas. Seorang Murid yang Bertanya Murid yang sedari tadi mendengar Abu Nawas menjawab pertanyaan ketiga orang itu pun bertanya-tanya. “Abu, mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda,” ujarnya tak paham. Abu Nawas tersenyum lalu menjawab, “Muridku, manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, otak, dan hati.” “Maksudnya bagaimana Abu? Apa itu tingkatan mata?” tanya muridnya masih tak paham. Lalu, Abu Nawas menjelaskan dengan bahasa yang ringan, “Begini, seorang anak kecil yang melihat bintang di langit, ia akan menyebut bintang itu kecil karena itulah yang nampak di matanya.” “Emm, lantas apa itu tingkatan otak?” tanya sang murid itu mencoba perlahan-lahan memahami jawaban gurunya. “Berbeda dengan anak kecil, orang pandai akan berkata bahwa bintang itu besar karena ia punya banyak pengetahuan,” jawabnya. “Dan, apa itu tingkatan hati?” tanyanya mulai paham. “Orang pandai dan paham yang melihat bintang di langit akan tetap mengatakan bintang itu kecil, meski sebenarnya ia tahu bawah ukurannya begitu besar. Sebab, baginya, tak ada satu pun di dunia ini yang lebih besar dari Allah,” jawab Abu Nawas sambil tersenyum. Mendengar jawaban terakhir, murid itu pun menganggukkan kepalanya. Kini, ia paham kenapa satu pertanyaan bisa mendatangkan jawaban yang berbeda-beda. Doa Abu Nawas Merayu Tuhan Setelah puas dengan pertanyaan sebelumnya, si murid pun bertanya lagi, “Wahai guruku, bolehkah aku bertanya lagi?” “Tentu saja boleh, muridku. Apa yang ingin kau tanyakan?” jawab sang guru. “Mungkinkah manusia merayu Tuhan?” tanyanya. “Mungkin saja,” jawabnya santai menerima pertanyaan aneh itu. “Bagaimana caranya?” tanya murid itu penasaran. “Manusia bisa merayu Tuhan dengan kata-kata pujian dan doa-doa,” ujar Abu Nawas. “Kalau begitu, Guru, bolehkah aku tahu doa itu?” ujar si murid antusias. Lalu, Abu Nawas membacakan doanya, “Ialahi lastu lil firdausi ahla, Wala Aqwa alannaril Jahimi, fahabli taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzambil adzimi. Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali, “ Ia juga menyebutkan arti dari doa itu, “Wahai Tuhanku, aku tidak pantas menjadi penghuni surga, tapi aku tidak kuat menahan panasnya api neraka. Sebab itulah terimalah tobatku dan ampunilah segala dosa-dosaku, sesungguhnya Kau lah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.” Baca juga Asal Mula Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara & Ulasan Menariknya, Tempat Terbunuhnya Burung Garuda Raksasa Unsur Intrinsik Usai membaca kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan, apakah kamu penasaran dengan unsur intrinsiknya? Kalau iya, berikut adalah ulasan singkat unsur-unsurnya, mulai dari tema hingga pesan moral; 1. Tema Inti cerita atau tema dari dongeng 1001 Malam ini adalah tentang kesabaran dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah. Seperti Abu Nawas yang sabar dan bijak menjawab setiap pertanyaaan dari ketiga orang dan muridnya. Selain itu, dongeng ini juga menceritakan doa atau syair puji-pujian untuk memohon ampun pada Allah Swt.. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada dua tokoh utama dalam cerita ini, siapa lagi kalau bukan Abu Nawas dan muridnya. Seorang sufi ini digambarkan sebagai sosok yang penyabar, bijak, dan pandai. Ia bisa menjawab pertanyaan dengan mudah dan santai. Kesabarannya terlihat dari ketulusannya menjawab pertanyaan-pertanyaan tak lazim dari orang-orang. Sementara sang murid digambarkan sebagai seorang anak yang mudah penasaran. Ia ingin tahu apa saja yang dilihat dan didengarnya. Beruntung, Abu Nawas dengan sabar menjawab segala pertanyaan dari muridnya itu. Tokoh pendukung dalam kisah ini adalah tiga orang tamu. Mereka muncul dalam awal cerita untuk menanyakan tiga pertanyaan yang sama pada Abu Nawas. Meski pertanyaannya sama, sufi nan cerdas itu bisa menjawab dengan tiga jawaban berbeda. 3. Latar Latar tempat dan setting waktu dalam cerita ini tak disebutkan secara spesifik. Hanya saja, diperkirakan cerita ini menggunakan latar tempat di sebuah ruangan kelas atau mungkin di rumah Abu Nawas. 4. Alur Alur cerita dongeng 1001 Malam ini adalah maju. Cerita berawal dari kedatangan tiga orang tamu yang bertanya pada Abu Nawas. Mereka bertanya tiga hal yang sama pada sufi cerdas itu. Meski pertanyaannya sama, Abu Nawas dapat menjawab dengan tiga jawaban yang berbeda. Ketiga orang tamu itu puas dengan jawaban masing-masing dan kemudian pergi dari tempat Abu Nawas mengajar. Sontak, kejadian itu, membuat salah satu murid sufi tersebut penasaran. Lalu, dengan rasa penasaran, murid itu bertanya pada gurunya bagaimana bisa satu pertanyaan memiliki tiga jawaban yang berbeda. Ia lalu menjawab bahwa manusia itu terbagi atas tiga tingkatan, yaitu tingkatan mata, otak, dan hati. Untuk mempermudah si murid memahami maksudnya, ia memberikan penjelasan lewat perumpamaan bintang di langit. Setelah itu, sang murid pun memahami maksud dari gurunya. Namun, ia masih memiliki pertanyaan lain. Murid itu penasaran, apakah Tuhan bisa dirayu oleh manusia? Dan jawaban Abu Nawas adalah mungkin saja bisa. Manusia mungkin bisa merayu Tuhan lewat pujian dan doa-doa. Setelah itu, Abu Nawas mengucapkan doa yang artinya adalah tentang pengakuan dan permintaan tobat seorang umat kepada Allah Swt.. 5. Pesan Moral Apakah pesan moral yang bisa kamu petik dari kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini? Salah satu pesan yang terkandung adalah berusahalah untuk bersabar menghadapi setiap masalah. Abu Nawas bisa saja marah kepada ketiga orang tamu yang memberinya pertanyaan sama. Namun, dengan cerdas ia malah memberikan tiga jawaban yang berbeda kepada setiap tamunya. Lalu, ia juga bisa saja memarahi muridnya yang memberikan pertanyaan tak lazim, yakni bisakah manusia merayu Tuhan. Hanya saja, ia memilih tuk memberikan pengertian bahwa merayu Tuhan bisa dengan cara berdoa dan memberikan pujian kepadanya. Selain unsur-unsur intrinsik, ada juga unsur ekstrinsik yang bisa kamu simpulkan dari kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini. Sebut saja nilai-nilai yang berlaku di masyarakat sekitar pada saat itu, termasuk nilai budaya, sosial, dan moral. Baca juga Cerita Rakyat Putri Satarina dan Tujuh Bidadari dari Sulawesi Tenggara & Ulasannya, Kisah Kebaikan Hati Seorang Gadis Fakta Menarik Sebelum mengakhiri artikel ini, kurang lengkap rasanya bila kamu belum membaca fakta menariknya. Karena ceritanya singkat, tak banyak fakta menarik yang bisa kami jabarkan. Namun, ada satu fakta yang sayang bila kamu lewatkan. Berikut ulasan singkatnya; 1. Kepopuleran Syair Abu Nawas Saat kamu membaca Doa Abu Nawas Merayu Tuhan di atas, apakah kamu merasa familier atau mungkin sudah mengetahuinya? Jadi, doa yang merupakan syair Abu Nawas yang populer dengan judul Syair Al-I’tiraf. Al I’tiraf sendiri artinya adalah pengakuan. Biasanya, pujian atau syair ini dikumandangkan sebelum adzan. Tak hanya itu, ada beberapa penyanyi religi yang cukup populer di Indonesia yang menyanyikan syair ini, seperti Ustaz Jefri Al Buchori, Nissa Sabyan, Fathur, dan Alfina Nindiyani. Kamu bisa mendengarkannya di Youtube. Baca juga Dongeng tentang Persahabatan Buaya dan Burung Penyanyi dan Ulasan Menariknya, Sebuah Pelajaran untuk Tidak Berkata Sembarangan Belajar Bersabar dan Bijak dari Kisah Ini Demikianlah artikel yang membahas kisah Abu Nawas; Doa Merayu Tuhan ini. Kamu suka dengan kisahnya? Semoga, dari kisah ini kamu bisa belajar kesabaran dan kebijaksanaan, ya. Selain itu, semoga saja kamu makin memahami Syair Al I’tiraf. Apabila tertarik untuk membaca kisah lainnya, langsung saja kepoin situs ini. Ada Doa Abu Nawas Minta Jodoh, Abu Nawas dan Keledai, kisah Abu Nawas Mencari Cincin, dan masih banyak lagi. Selain itu, ada pula cerita rakyat atau legenda Nusantara, seperti Tangkuban Perahu, asal usul Gunung Mekongga, dan kisah terbentuknya Pulau Nusa. Selamat membaca! PenulisRinta NarizaRinta Nariza, lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, tapi kurang berbakat menjadi seorang guru. Baginya, menulis bukan sekadar hobi tapi upaya untuk melawan lupa. Penikmat film horor dan drama Asia, serta suka mengaitkan sifat orang dengan zodiaknya. EditorKhonita FitriSeorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.
.
  • 4e2hor61i1.pages.dev/128
  • 4e2hor61i1.pages.dev/303
  • 4e2hor61i1.pages.dev/242
  • 4e2hor61i1.pages.dev/429
  • 4e2hor61i1.pages.dev/327
  • 4e2hor61i1.pages.dev/265
  • 4e2hor61i1.pages.dev/423
  • 4e2hor61i1.pages.dev/160
  • di dalam cerita abu nawas tokoh utama memiliki sifat